Bisnisbandung.com - Negara-negara di seluruh dunia saat ini tengah terlibat dalam perlombaan sengit untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) mereka sendiri. Termasuk Indonesia.
Tujuan utama dari perlombaan ini adalah untuk meraih dominasi dalam AI global, karena kekuatan sebuah negara akan melonjak secara signifikan baik dari segi ekonomi maupun militer dengan kehadiran AI yang unggul.
Amerika dan China memimpin dalam perlombaan ini, dengan negara-negara lain seperti Uni Emirat Arab, Inggris, Perancis, dan India turut serta dalam fenomena yang disebut sebagai nasionalisme AI.
Namun, seperti apa konkretnya wujud dari nasionalisme AI ini?
Baca Juga: Menang Dalam Quick Count, Prabowo Dan Gibran Tetap Merangkul Semua Pihak Dan Rendah Hati
Bagaimana peta persaingannya dan siapa yang berpotensi memenangkan perlombaan ini? Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Mari kita telusuri lebih dalam.
Sejak peluncuran GPT oleh OpenAI pada November 2022, berbagai negara telah terpacu untuk mengembangkan teknologi AI.
Kabar terbaru datang dari Abu Dhabi pada November 2023, ketika mereka memperkenalkan AI71, sebuah perusahaan kecerdasan buatan yang didukung pemerintah.
Mereka berambisi mempopulerkan model bahasa canggih mereka, Falcon, sebagai pesaing OpenAI.
Baca Juga: Menuju Indonesia Uhuy, Tanggapan Komeng terkait foto nyelenehnya sebagai caleg DPD RI Dapil Jabar
Sementara itu, Prancis juga tidak ketinggalan dengan pendanaan besar untuk Mistral, sebuah startup AI.
Di India, Crew Trim berhasil mempersembahkan Model Multibahasa pertama, sementara Sarvam mengumpulkan dana besar untuk mengembangkan AI berbahasa India.
Persaingan terbesar terjadi antara Amerika dan Tiongkok. Keduanya telah mengucurkan dana miliaran dolar untuk pengembangan AI, dengan Amerika menerapkan strategi proteksionis yang ketat dalam mengontrol ekspor teknologi AI canggih.
Baca Juga: Menuju Indonesia Uhuy, Tanggapan Komeng terkait foto nyelenehnya sebagai caleg DPD RI Dapil Jabar