Baca Juga: Dua Emas Dari Para-Balap Sepeda di Ajang Asian Para Games 2022 Hangzhou
3. Pindah cabang olahraga
Cukup banyak pesepeda yang dulunya adalah goweser pandemi, kini mulai kembali ke cabang olahraga awal mereka masing-masing.
Ada yang kembali bulutangkis, tenis meja, fitness, yoga, atau bahkan yang sedang marak terjadi yaitu pindah ke olahraga ke lari atau jogging.
Erwin seorang goweser pandemi juga, kini lebih sering menikmati alam dan hiking bersama teman-teman lamanya. Menurut Erwin “si tukang ulin” kalau hiking lebih bisa menikmati alam dan ngobrol panjang bersama teman-teman.
Minat seseorang dalam berolahraga memang tergantung pada hati mereka. Jika pada awalnya mereka bersepeda karena trend yang terjadi, ya pada akhirnya ketika sudah bosan, mereka akan kembali lagi ke olahraga yang mereka sukai.
4. Tidak ada teman
Ketika sudah lama bersepeda bersama teman-teman, kemudian anggota kelompok-nya semakin lama semakin berkurang, maka bersepeda akan terasa tidak menyenangkan lagi.
Karena dulu komunitasnya adalah goweser pandemi, maka ketika sebagian besar teman-teman bersepedanya berhenti, akhirnya orang yang tadinya sudah mulai menyukai bersepeda, jadi ikut berhenti karena tidak ada teman bersepeda lagi.
Om Iwan yang juga termasuk goweser pandemi mengatakan, “memang gowes sendiri itu lebih nyaman, karena waktunya bebas. Tapi kurangnya ya kalau ada apa-apa di jalan, engga ada yang bantu.”
Nah, apakah alasan-alasan ini yang menyebabkan bisnis di dunia persepedaan semakin anjlok?
Semakin banyak pesepeda yang sudah tidak aktif bersepeda, mengakibatkan tidak banyak sepeda-sepeda baru yang terjual, dan penjualan suku cadang sepeda pun juga tidak banyak dibutuhkan.
Ketika pandemi, demand terhadap sepeda sangat tinggi tapi produksi dan supply sepeda tidak bisa mengejar naiknya demand. Ketika supply sudah siap, malah demand-nya sudah menurun.
Akhirnya stock menumpuk dan toko-toko sepeda kesulitan memutarkan modal yang sudah mereka pakai untuk membeli sepeda-sepeda baru dengan harapan peminat sepeda akan sekencang saat pandemi. Apakah ini yang menyebabkan kiamat di bidang bisnis sepeda?
Baca Juga: Perkembangan Sepeda Listrik di Indonesia: Melangkah Menuju Mobilitas Ramah Lingkungan
Artikel Terkait
Melirik Mewahnya Garmin Tacx Neo Bike Plus, Alat Olahraga Sepeda Indoor Kelas Sultan
Inilah 7 Cara Menghemat Bahan Bakar Sepeda Motor, Ternyata Tidak Sulit Lho
Pulang Kampung Tanpa Biaya dengan Mudik Gratis Sepeda Motor dan Kapal Laut, Ini Dia Syaratnya!
Mengenal OMBERKO, Komunitas Hobi Sepeda Motor yang Dibina Atalia Praratya Kamil
Ini Alasan Polisi Melarang Sepeda Listrik Digunakan di Jalan Raya
Hari Sepeda Sedunia 2024: Keunggulan Bersepeda yang Membuatnya Menarik Bagi Banyak Orang, Nomor 5 Mengejutkan