Istilah Trending Bikin Merinding: Kiamat Industri Sepeda, Benarkah? Berikut Alasan Goweser Gantung Sepeda

photo author
- Selasa, 11 Juni 2024 | 16:00 WIB
PNS ketika bersepeda, jangan digantung sepedanya dong! (YouTube Channel Bike King TV)
PNS ketika bersepeda, jangan digantung sepedanya dong! (YouTube Channel Bike King TV)

Baca Juga: Dua Emas Dari Para-Balap Sepeda di Ajang Asian Para Games 2022 Hangzhou

3. Pindah cabang olahraga

Cukup banyak pesepeda yang dulunya adalah goweser pandemi, kini mulai kembali ke cabang olahraga awal mereka masing-masing.

Ada yang kembali bulutangkis, tenis meja, fitness, yoga, atau bahkan yang sedang marak terjadi yaitu pindah ke olahraga ke lari atau jogging.

Erwin seorang goweser pandemi juga, kini lebih sering menikmati alam dan hiking bersama teman-teman lamanya. Menurut Erwin “si tukang ulin” kalau hiking lebih bisa menikmati alam dan ngobrol panjang bersama teman-teman.

Minat seseorang dalam berolahraga memang tergantung pada hati mereka. Jika pada awalnya mereka bersepeda karena trend yang terjadi, ya pada akhirnya ketika sudah bosan, mereka akan kembali lagi ke olahraga yang mereka sukai.

4. Tidak ada teman

Ketika sudah lama bersepeda bersama teman-teman, kemudian anggota kelompok-nya semakin lama semakin berkurang, maka bersepeda akan terasa tidak menyenangkan lagi.

Karena dulu komunitasnya adalah goweser pandemi, maka ketika sebagian besar teman-teman bersepedanya berhenti, akhirnya orang yang tadinya sudah mulai menyukai bersepeda, jadi ikut berhenti karena tidak ada teman bersepeda lagi.

Om Iwan yang juga termasuk goweser pandemi mengatakan, “memang gowes sendiri itu lebih nyaman, karena waktunya bebas. Tapi kurangnya ya kalau ada apa-apa di jalan, engga ada yang bantu.”

Nah, apakah alasan-alasan ini yang menyebabkan bisnis di dunia persepedaan semakin anjlok?

Semakin banyak pesepeda yang sudah tidak aktif bersepeda, mengakibatkan tidak banyak sepeda-sepeda baru yang terjual, dan penjualan suku cadang sepeda pun juga tidak banyak dibutuhkan.

Ketika pandemi, demand terhadap sepeda sangat tinggi tapi produksi dan supply sepeda tidak bisa mengejar naiknya demand. Ketika supply sudah siap, malah demand-nya sudah menurun.

Akhirnya stock menumpuk dan toko-toko sepeda kesulitan memutarkan modal yang sudah mereka pakai untuk membeli sepeda-sepeda baru dengan harapan peminat sepeda akan sekencang saat pandemi. Apakah ini yang menyebabkan kiamat di bidang bisnis sepeda?

Baca Juga: Perkembangan Sepeda Listrik di Indonesia: Melangkah Menuju Mobilitas Ramah Lingkungan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X