Awal merintis Grand Macho, pria 50 tahun ini dihadapkan pada persoalan pemasaran. Sebab, saat Grand Macho berdiri tahun 2010, banyak pemain baru bermunculan. Praktis, Nugroho langsung berhadapan dengan pesaing.
Segala upaya dan strategi promosi dia kemas. Mulai dari promosi lewat media cetak, website sampai promosi lewat event tertentu. Nugroho menjelaskan dalam berpromosi, pelaku usaha wajib mengetahui saluran mana yang efektif dan cocok menjadi medianya.
"Dalam perjalanan, akhirnya saya tau kalau ternyata di era ini promosi bisnis barbershop lewat koran sudah tidak terlalu efektif. Tidak seperti dulu, ketika koran masih banyak dibaca. Maka dari itu, saya beralih untuk berpromosi lewat laman website dan Facebook," jelas Nugroho.
Ternyata, promosi lewat media internet dinilai Nugroho lebih efektif di zaman sekarang. Biaya promosi yang dikeluarkan lebih murah jika dibanding dengan berpromosi lewat media cetak, apalagi media elektronik.
Menurutnya, semua strategi promosi harus dicoba agar pelaku usaha bisa mengidentifikasi sendiri saluran mana yang efektif.
Tak hanya promosi lewat dunia maya yang menurut Nugroho bisa berjalan efektif. Promosi di sejumlah event tertentu juga dinilai efektif, meskipun biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Maklum saja, biaya untuk menyewa stan di sebuah event memang cukup menguras kantong.
Apalagi jika menyelenggarakan event sendiri. "Kalau lewat event itu, kami tidak hanya berpromosi, melainkan juga bisa menjaring pasar," jelas Nugroho.
Misalnya, Grand Macho pernah mengadakan promo potong rambut. Ternyata setelah itu, lanjut Nugroho, Grand Macho jadi dikenal dan beberapa ada yang datang lagi ke gerai.
Siap jemput order
Menjalankan bisnis barbershop berarti harus siap menyediakan tenaga ahli potong rambut. Sebab, menurut Nugroho Wahyu Widarto, pemilik Grand Macho, tenaga ahli potong atau stylish merupakan komponen terpenting dalam bisnis ini.
Untuk memenuhi kebutuhan penting ini, ayah dua anak ini membuat pusat pelatihan potong rambut di Yogya. Nugroho bilang siapapun boleh mendaftar dan mengikuti pelatihan. Jika hasilnya bagus akan disalurkan ke gerai Grand Macho Barbershop dimanapun.
Setiap hari, dia melakukan rekrutmen. "Jadi siapapun, terutama yang laki-laki bisa mendaftar dan mengikuti pelatihan yang berlangsung selama dua minggu sebelum diterjunkan ke gerai Grand Macho," jelasnya.
Namun, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Nugroho justru merasakan adanya penurunan tren barbershop. Tahun lalu, calon mitra yang bergabung pun menyusut. Meski pelanggan tetap berdatangan, namun ia merasa perkembangan bisnis barbershop melambat.
"Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya. Kemungkinan karena trennya juga sudah menurun," jelasnya.
Kondisi ini tak melarutkan semangatnya. Dia tetap optimitis bertahan dan menciptakan inovasi untuk pelanggan. Apalagi, persaingan bisnis juga masih berlangsung cukup ketat seiring banyaknya pemain baru. .