nasional

Secara Geostrategis, Ukraina Itu Terjepit Diantara Dua Gajah

Selasa, 29 Maret 2022 | 13:21 WIB
Dr.Darmansyah Djumala MA memaparkan konflik antara Ukraina dengan Rusia (Youtube Helmi Yahya Berbicara)
 
 
Bisnis Bandung -- Diplomat Senior yang juga Pakar Hubungan Internasional, Dr.Darmansyah Djumala MA memaparkan konflik antara Ukraina dengan Rusia berkisar kepada tarikan kepentingan 2 kubu/kutub. Yakni kepetingan Barat, yang meliputi Uni Eropa, Amerika dan Nato, sedangkan disebalah Timur yakni Rusia. 
 
Tarikan kepentingan 2 kubu ini, Rusia, Eropa dan Nato ini, membuat posisi Ukraina tidak gampang, sulit sekali untuk menempatkan diri. Kelihatan dari demo politik 2014 yang menjatuhkan Perdana Menteri pro Rusia, kemudian dijatuhkan/diganti dengan perdana menteri yang pro Uni Eropa.  
 
Dari kasus/peristiwa tersebut terlihat bandul-bandul politik berayun kekiri dan kekanan/atau berayun ketimur dan kebarat. Posisi geopolitik seperti inilah yang menyebabkan secara geostrategis Ukraina itu terjepit diantara dua gajah. 
 
Baca Juga: Ngelus Dada, Harga Emas Antam Hari Ini Terperosok
 
Menurut Dr.Darmansyah Djumala MA, apa yang dialami oleh Ukraina adalah akibat ketidakcermatan/ketidakbijakan para pemimpin Ukraina saat ini dalam menempatkan diri. Pemimpin Ukraina kerapkali berayun ke kiri dan kekanan. 
 
Posisi Ukraina seperti pelanduk ditengah-tengah dua gajah. Menurut Darmansyah, sebagai negara kecil, sudah seharusnya pandai untuk menempatkan diri dengan baik, istilah dalam bahasa diplomatik 'dancing between two line" atau jika diterjemahkan menari diantara dua garis.  
 
Kitapun harus ada limit waktu "menari", supaya tidak terlalu kebarat atau terlalu ketimur. Ayunan kepentingan ini berdinamika, jangan terlalu kekiri atau terlalu kekanan, sehingga jangan sampai ke elit politiknya diganti, presiden diganti. 
 
Sang Diplomat senior menegaskan, elit pemimpin di Ukraina itu dari duku hingga saat ini tidak terlalu bijak, tidak cukup cermat untuk menempatkan diri dengan baik/benar. Terkadang berada/mendukung timur, ada pula yang berada/mendukung barat. "Setelah melihat kasus Ukraina ini, sebagai diplomat Indonesia, saya nelihat relevansi dari nonblok dan bebas aktif", tegasnya. 
 
Baca Juga: Menilik Trend Daster Kekinian
 
Ukraina terutama elit politiknya/pemimpinnya, seharusnya pandai meningkatkan "bargaining position", karena kedua-duanya (read: timur atau barat) bisa menolong. Posisi Ukraina bagaikan wanita cantik beredar, kembang desa yang dilirik banyak orang, seharusnya Ukraina mainkan saja peranan itu. 
 
Posisi Ukraina seksi sekali, pasalnya dikenal dunia sebagai penghasil minyak, uranium, baja, gas, pertanian, tepung, gandum. Posisi Ukraina cukup strategis dan membahyakan bagi dunia, dan kita sudah merasakan dampaknya. 
 
Ukraina dari segi ekonomi memang sebagai aktor/pemain hebat di Eropa Timur. Ini juga yang menyebabkan Rusia merasa berkepentingan dengan Ukraina. Bagi Rusia bukan hanya sumberdaya pertanian, tambang, nuklir, tetapi Rusia juga menganggap Ukraina penting karena ini akses Rusia kelaut. 
 
Secara geopolitik, Rusia kelautnya cuma ke Laut Mati, sama ke utara.Jadi kalau mau ke Eropa Barat harus ke Laut Utara, dan itu jaraknya jauh. Ukraina bagi Rusia hidup mati/urat nadinya perekonomian Rusia. 
 
Kita/Indonesia sebagai negara dengan prinsip non blok dan bebas aktif itu tidak berarti netral. Maksudnya adalah kita tidak netral, kita berpihak. "Pertanyaanya kepada siapa dan kepada apa? Kita diKemenlu, diplomat berpihak kepada kepentingan nasional. Pertanyaanya kepentingan nasional dalam konteks Ukraina itu apa? "
 
Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Ungkap Tiga Amalan Utama Saat Ramadhan
 
Para diplomat kita di PBB sana dengan arahan bu Menlu sudah menentukan 3 prioritas, yakni: (1). Ukraina menghentikan kekerasan., (2). Konflik diselesaikan dengan dialog dan damai., (3). Konflik itu harus menjaga keselamatan pengungsi dengan memberikan akses vantuan keselamatan/kemanusiaan. Ketiga prioritas tersebut diambil dari nilai konstitusi kita yang didalamnya adalah ikut menjaga perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial.  
 
Konflik selesai, apakah tatanan dunia akan berubah? Berubah tidak banyak. Menurutnya, paling akan terjadi perubahan orientasi elit politik di Ukraina terhadap politik luar negerinya, apakah akan bergerak kebarat, atau ketimur? Atau tetap ditengah, seperti yang diharapkan masyarakat internasional. 
 
Paparan tersebut terkuak dalam dialog, "Memahami Konflik Rusia - Ukraina Secara Utuh Ft Dr. Darmansyah Djumala MA", diakun youtubenya Helmy Yahya Bicara, yang tayang pada tanggal 24 Maret 2022. (Dadan Firmansyah --- E-018)****
 

Tags

Terkini