Bisnisbandung.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan urgensi pembenahan Direktorat Jenderal Bea Cukai dengan target perubahan dalam waktu satu tahun.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah penerapan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) di stasiun-stasiun Bea Cukai untuk mempercepat deteksi praktik under invoicing dan memperkuat kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.
Menteri Purbaya juga menekankan konsekuensi serius, termasuk kemungkinan merumahkan sekitar 16.000 pegawai jika reformasi tidak tercapai.
Baca Juga: Persaingan AHY dan Gibran Kian Terlihat, Demokrat Perlihatkan Keakraban dengan PKS
Direktur Ekonomi Center for Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai langkah pemerintah sebagai upaya memberikan efek kejut bagi pegawai Bea Cukai, sekaligus meningkatkan akuntabilitas institusi.
Ia menekankan bahwa meskipun penerimaan negara dari Bea Cukai sejauh ini positif, ada ruang besar untuk meningkatkan efisiensi dan meminimalisir praktik manipulasi nilai pabean yang selama ini terjadi.
Penerapan AI dan penguatan sistem dapat menutup celah yang memungkinkan oknum melakukan pelanggaran.
Baca Juga: Bencana di Sumatera dan Aceh, WALHI Sudah Ingatkan, Pemerintah Longgarkan Izin Eksploitasi Alam
Huda menyoroti pengalaman sejarah pengalihan pengawasan kepabeanan ke pihak swasta seperti SGS dan PT Surveyor Indonesia pada era 1985-1995.
Menurutnya, pengalihan teknis pemeriksaan pra dan pasca-pengapalan kepada pihak swasta dapat memberikan efek pengawasan tambahan.
Namun kebijakan terkait tarif dan pengaturan cukai tetap berada di bawah otoritas Dirjen Bea Cukai. Langkah ini diharapkan lebih sebagai mekanisme kontrol internal daripada sekadar pergantian sistem.
Penerapan sistem campuran antara teknologi dan pihak independen juga dinilai dapat memperbaiki citra institusi di mata publik.
“Karena kalau kita lihat, misalnya dengan kemarin adanya under invoicing kemudian masih ada barangnya drifting itu kan sebenarnya dilarang, gitu kan, tapi masih bisa masuk dan tercatat secara resmi. Itu kan artinya ada permainan di situ,” tutur Nailul Huda dilansir dari youtube Kompas TV.
Baca Juga: Bencana di Sumatera dan Aceh, WALHI Sudah Ingatkan, Pemerintah Longgarkan Izin Eksploitasi Alam