bisnisbandung.com - Pengamat Politik, Rocky Gerung menyoroti meningkatnya risiko jebakan utang yang ditimbulkan oleh kerja sama ekonomi dengan China.
Ia menilai pola pemberian utang besar dari negara tersebut memiliki sejarah panjang sebagai instrumen untuk mengambil alih infrastruktur negara mitra ketika terjadi gagal bayar. Dalam pandangannya, skema ini kini berpotensi membayangi situasi ekonomi Indonesia.
Rocky memandang bahwa China bukan sekadar mitra dagang, melainkan aktor global yang telah lama membangun strategi ekonomi melalui pemberian pinjaman ke banyak negara.
Baca Juga: Purbaya Tetap Dukung MBG Meski Anggaran Seret, Awalil: Ini Kebijakan Setengah Logika!
Pola tersebut, menurutnya, telah terbukti di sejumlah kawasan seperti Asia dan Afrika. Ketika negara penerima utang mengalami kemacetan pembayaran, aset-aset strategis seperti pelabuhan dan infrastruktur publik menjadi alat tukar.
“Kemarin itu, Bangladesh atau Pakistan itu akhirnya pelabuhannya dikuasai sebagai tukar tambahnya, akhirnya pelabuhannya dikuasai oleh, pemerintah China,” gamblangnya dilansir dari youtube Rocky Gerung Official.
Ia menilai bahwa Indonesia seharusnya sejak awal memahami pola tersebut, mengingat pengalaman serupa telah terjadi di berbagai negara.
Dalam pandangannya, kebijakan ini semestinya diantisipasi lebih hati-hati oleh Joko Widodo saat menjabat sebagai presiden.
Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Arah Baru Reformasi Polri: Tak Boleh Lagi Jadi Alat Kekuasaan!
Rocky mengaitkan pola pemberian utang ini dengan proyek-proyek besar, termasuk Kereta Cepat Jakarta–Bandung, yang dinilai menjadi simbol beban keuangan jangka panjang.
Ia menilai proyek tersebut sarat dengan potensi masalah, termasuk dugaan mark up dan keputusan strategis yang tidak berpihak pada efisiensi anggaran negara.
Dalam pandangannya, proses pemilihan mitra proyek dari Jepang ke China menjadi salah satu titik krusial yang menimbulkan pertanyaan publik.
Ia memandang peralihan ini membuka ruang spekulasi tentang adanya kepentingan politik dan ekonomi tertentu di balik keputusan tersebut.
Baca Juga: Cadangan Devisa Anjlok! Awalil: Ada yang Salah di Sistem DHE