Bisnisbandung.com - Ekonom senior Awalil Rizky menyoroti kondisi kredit untuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terus mengalami perlambatan pertumbuhan sepanjang 2025.
Berdasarkan data hingga Juli 2025 total kredit UMKM tercatat Rp1.500 triliun turun tipis dibanding Desember 2024 yang mencapai Rp1.509 triliun.
Awalil menilai kondisi ini mengindikasikan lemahnya keberpihakan sektor perbankan terhadap pelaku usaha kecil.
Baca Juga: Blunder Data Subsidi LPG, Purbaya Akui Kesalahan Baca Angka, Selisih Rp7 Triliun Jadi Sorotan
“Porsinya hanya 18,41% dari total kredit perbankan. Padahal pejabat pemerintah selalu menyebut UMKM sebagai tulang punggung ekonomi,” ujar Awalil dalam youtubenya.
Menurutnya tren perlambatan ini sudah terjadi sejak 2023.
Pada 2024 pertumbuhan kredit UMKM hanya mencapai 3,37%, turun dari 8,06% pada 2023.
“Pertumbuhan UMKM terus melambat. Sementara bank justru agresif menyalurkan kredit ke korporasi besar,” tegasnya.
Awalil juga mengungkapkan adanya pergeseran status kredit di mana debitur menengah turun menjadi kecil, dan debitur kecil turun menjadi mikro.
Baca Juga: Polemik Subsidi LPG Jadi Ajang Tarik-Menarik Menkeu dan Golkar, Pandangan Hersubeno
“Sepintas terlihat positif karena penerima kredit mikro bertambah. Tapi faktanya itu bukan pelaku baru. Mereka hanya turun kelas,” jelasnya.
Ia menyoroti bahwa kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang seharusnya menjadi solusi justru belum mampu memperluas akses pembiayaan UMKM.
“KUR hanya membuat bunga kredit lebih murah tapi tidak memperluas jangkauan kredit. Jadi yang untung justru bank karena dapat subsidi dari APBN,” kata Awalil.
Menurutnya bank di Indonesia memang “tidak pas” untuk mendukung sektor UMKM.
Baca Juga: Tunjangan Pensiun DPR Digugat ke MK, Ahmad Irawan: Kita Rela-Rela Saja, Enggak Pernah Kami Meminta