“Pemerintah sudah memiliki panduan jelas tentang pemberian makanan bayi dan anak. Namun praktik di lapangan justru dibanjiri produk instan. Publik semakin kritis dan mulai mempertanyakan mengapa program MBG diarahkan ke produk-produk pabrikan, bukan pada pemanfaatan pangan lokal,” ujarnya.
Tan Shot Yen menambahkan, program MBG juga berpotensi menimbulkan konflik kepentingan di masyarakat. Sebagian pelaku usaha merasa diuntungkan karena produk instan mereka laris, namun di sisi lain banyak orang tua mengeluhkan kualitas makanan yang dibagikan.
Akibatnya, masyarakat terbagi menjadi dua kubu: yang mendukung karena ada keuntungan ekonomi, dan yang menolak karena khawatir terhadap kesehatan anak.
Ia menegaskan bahwa solusi utama dari masalah gizi bukanlah distribusi produk siap saji, melainkan edukasi berkelanjutan tentang pemenuhan gizi seimbang berbasis pangan lokal.***
Baca Juga: Keracunan Massal Gegara MBG, Dapur Bermasalah Langsung Disikat Jeje