bisnisbandung.com - Pengamat politik Adi Prayitno mengamati isu ketegangan antara Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang ramai dibahas masyarakat lebih merupakan gimik belaka.
Menurut Adi, budaya salaman merupakan bagian penting dari tradisi ketimuran yang biasa dilakukan antar pejabat publik, sehingga ketika Gibran tidak menyalami AHY muncul spekulasi politik yang berlebihan.
“Tapi justru saya menduga, jangan-jangan ini memang sengaja gimik biar politik kita ini enggak tegang-tegang amat,” lugasnya dilansir dari youtube official iNews.
Baca Juga: Pelaku Usaha Panik, PHRI Desak Aturan Royalti Musik Diperjelas untuk Hindari Salah Tafsir
Adi juga menyampaikan bahwa ketidaksalutan Gibran kepada sejumlah tokoh lain seperti Muhaimin, Zulkifli Hasan, dan Bahlil Lahadalia juga terjadi, namun hal tersebut tidak menjadi sorotan karena tidak dianggap sebagai rivalitas.
“Kalau jujur, sebenarnya yang tidak disalami itu bukan hanya AHY, tapi ada Cak Imin, ada Zulhas, kemudian juga Pak Bahlil bahkan yang dinilai cukup dekat dengan Pak Jokowi itu juga tidak disalami. Tapi ketiga ketua umum partai ini kan tidak dihadap-hadapkan oleh publik,” jelasnya.
Fokus publik yang kuat pada figur Gibran dan AHY sebagai dua pemimpin muda yang menjadi sorotan menjadikan insiden ini cepat berkembang menjadi isu rivalitas.
Baca Juga: Data Ekonomi Dinilai Tak Sinkron, CELIOS Khawatir Jadi Alat Narasi Politik
“Karena memang kalau kita mau jujur, yang saat ini menjadi komoditas politik yang paling viral dan selalu tingkah laku politiknya adalah, satu, Gibran. Yang kedua adalah AHY yang dinilai oleh publik sedang memprofiling untuk menuju jalan panjang di 2029,” sambungnya.
Mengenai gestur AHY yang tampak terkejut saat dilewati Gibran, Adi menjelaskan bahwa media cenderung menampilkan ekspresi tersebut karena dianggap menarik dan relevan dengan narasi rivalitas yang sudah berkembang.
Sementara gestur serupa terhadap ketua umum partai lain tidak ditampilkan karena dianggap tidak memiliki konflik politik dengan Gibran.
Adi mengingatkan bahwa insiden ini sebaiknya tidak dibesar-besarkan karena pada dasarnya merupakan hal biasa dalam konteks protokoler acara resmi.***
Baca Juga: Prabowo Langgar Hukum! Suhadi: Abolisi Terlambat, Amnesti Terlalu Dini