Rocky Gerung juga menyindir mereka yang mengandalkan artificial intelligence (AI) dalam menjawab persoalan.
"AI bisa menjawab tapi siapa yang mengajukan pertanyaan? Itu tugas kita. Maka kita harus latih pertanyaan kritis," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa pemikiran manusia tetap tak tergantikan oleh mesin.
Baca Juga: Mantan Hakim Agung Nilai Pelaporan Tom Lembong Masuk Ranah Etik, Bukan Teknis Yuridis
Dalam konteks politik Rocky Gerung mengajak publik untuk melihat realitas tidak hanya dari permukaan kebijakan tapi dari struktur kekuasaan dan narasi yang dibangun.
Di sinilah menurutnya filsafat berperan penting membongkar tafsir kekuasaan.
"Tugas filsafat itu memang memprovokasi. Tapi bukan provokasi kosong. Provokasi untuk berpikir," tegas Rocky Gerung.
Rocky Gerung juga menyoroti sejarah Indonesia yang sarat dengan tradisi filsafat.
Baca Juga: Kuasa Hukum Jelaskan Lebih Jauh Laporan Tom Lembong ke KY dan MA
Dari Bung Karno, Sutan Sjahrir, hingga Agus Salim, semua menurutnya adalah pemikir yang menggabungkan logika, emosi, dan etika dalam perjuangan.
Ia mengajak anak muda untuk membaca kembali risalah-risalah para pendiri bangsa. “Mereka menulis bukan hanya dengan pena, tapi dengan darah dan pikiran,” ucapnya.
Ia berharap ruang ini bisa menjadi tempat tumbuhnya pemikiran kritis dan budaya berpikir jernih di tengah riuhnya politik dan informasi digital.***