bisnisbandung.com - Upaya Presiden Prabowo Subianto meningkatkan kepercayaan pasar global melalui kunjungan diplomatik aktif ke berbagai negara dinilai belum membuahkan hasil signifikan.
Menurut analis politik Rocky Gerung, intensitas perjalanan luar negeri yang tinggi belum cukup untuk menutupi kekhawatiran investor asing terhadap kondisi politik dan hukum dalam negeri.
Meskipun pemerintah berharap diplomasi ekonomi akan menarik minat investasi asing, faktanya justru terjadi arus keluar modal (capital outflow) dalam jumlah besar dari pasar Indonesia.
Fenomena ini menunjukkan adanya sinyal ketidakpercayaan investor terhadap stabilitas nasional, khususnya yang berkaitan dengan jaminan hukum dan keamanan berusaha.
Baca Juga: Status Waspada! BMKG Imbau Warga Jauhi Pantai, Indonesia Terimbas Gempa Rusia
“Itu sinyal bahwa ada ketidakpercayaan investor terhadap kondisi politik, terutama yang memungkinkan mereka berinvestasi secara rasional di dalam,” ujarnya dilansir dari youtube pribadinya.
“Misalnya, infrastruktur atau apa saja yang memungkinkan ada jaminan bahwa stabilitas politik dan kepastian hukum itu menjamin modal asing masuk dan tidak akan rugi,” sambungnya.
Rocky Gerung menilai bahwa pasar internasional saat ini masih memantau dengan skeptis dinamika politik Indonesia.
Baca Juga: Negara-Negara Terdampak Gempa 8,7 Magnitudo di Rusia Timur, Ini Kata BMKG
Ketidakpastian hukum, tekanan terhadap tokoh-tokoh politik seperti Tom Lembong, serta polemik internal pemerintahan menambah keraguan investor asing untuk menanamkan modalnya.
Lebih jauh, ia menyebut bahwa kondisi ini menimbulkan krisis kepercayaan yang menghambat pertumbuhan investasi, terutama di sektor infrastruktur dan industri strategis lainnya.
Banyak calon investor memilih menunggu kepastian arah politik nasional sebelum mengambil keputusan finansial besar.
Baca Juga: Kematian Arya Daru Bukan Peristiwa Pidana, Kompolnas Tegaskan Ini Didukung Fakta dan Ahli Independen
Situasi ini memperlihatkan tantangan serius bagi Presiden Prabowo, yang berada di tengah tuntutan untuk memperbaiki citra Indonesia di mata dunia, sambil menyelesaikan persoalan dalam negeri yang terus menumpuk.
“Kita mulai melihat bahwa memang Pak Prabowo mulai ada dalam kesulitan: yaitu meyakinkan publik internasional, sementara pada saat yang sama harus menghadapi dinamika politik dalam negeri,” jelasnya.