Ia bahkan menyebut Jokowi lebih dekat dengan oligarki daripada sosialisme.
"Ideologinya Jokowisme? Apa itu? Sosialisme salon? Sultan Sjahrir pasti kecewa dari alam sana," kata Rocky Gerung.
Rocky Gerung juga menyebut bahwa keintiman dalam politik seharusnya berbasis ideologi dan intelektual bukan semata karena relasi kekuasaan atau modal.
Dalam pembahasan itu, Rocky Gerung juga menyinggung posisi ayah Prabowo yang merupakan bagian dari PSI yang lama.
Baca Juga: Waspada Serangan Asma: Dapat Berakibat Fatal Jika Tidak Segera Ditangani
Ia menyebut tokoh-tokoh seperti Bung Hatta sebagai figur-figur yang punya garis ideologis yang jelas dan konsisten.
"Kalau Pak Prabowo memuji PSI sekarang sambil membandingkannya dengan PSI ayahnya, itu jelas keliru. Teman-teman ayahnya akan geleng-geleng kepala," ujar Rocky Gerung.
Rocky Gerung meminta Presiden Prabowo sebagai kepala negara tidak sembarangan dalam membuat klaim historis.
Ia khawatir generasi muda seperti Gen Z akan menganggap PSI yang sekarang adalah kelanjutan langsung dari partai intelektual masa lalu.
"Presiden itu bukan hanya simbol negara tapi juga penjaga sejarah. Kalau sudah bicara soal sejarah, harus akurat," tutup Rocky Gerung.
Di akhir pernyataannya Rocky Gerung menegaskan bahwa koreksi dari Presiden Prabowo bukanlah bentuk pelemahan melainkan langkah untuk menjaga integritas sejarah dan memberikan pendidikan politik yang jujur kepada masyarakat.
"Demi keadilan sejarah koreksi itu mutlak. Kita butuh pemimpin yang paham sejarah dan jujur pada rakyat," tandasnya.***