“Dibuat olok-olok di media sosial, dilukis dalam bentuk satira atau bahan candaan di belakang truk, bak-bak truk itu kan. Jadi kita melihat bagaimana penghargaan terhadap seorang yang pernah memimpin itu hilang tiba-tiba,” tuturnya.
Rocky Gerung juga menyoroti kemungkinan dampak psikologis terhadap Jokowi sebagai individu.
Ia mengaitkan intensitas tekanan publik, termasuk sorotan terhadap keluarga seperti Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, dengan potensi gangguan psikosomatik yang muncul akibat beban mental.
Baca Juga: Kuasa Hukum Tom Lembong Nilai Vonis Cerminkan Logika Terbalik dalam Hukum Pidana
Dalam pandangan Rocky, tekanan ini tidak bisa dilepaskan dari akumulasi tuntutan publik yang belum mendapat jawaban memadai dari pihak mantan presiden.
Isu mengenai dugaan ijazah palsu, misalnya, terus menjadi bahan perbincangan bahkan dihubungkan dengan tempat-tempat seperti Pasar Pramuka.
Rocky menyebut bahwa kegelisahan publik terhadap isu ini semakin berkembang seiring dengan munculnya nama-nama yang mencoba membongkar kasus tersebut, serta absennya klarifikasi yang dianggap tuntas dari pihak terkait.
Fenomena ini, menurut Rocky Gerung, menunjukkan bahwa ketidakpuasan publik telah menembus batas kelas sosial.****
Baca Juga: Indonesia Butuh 100 Tahun Jadi Negara Maju, Bossman Mardigu: KEBURU KIAMAT DULUAN!