Surat dari kelompok purnawirawan yang mendesak DPR memproses pemakzulan Gibran mulai dibahas pekan ini.
“Pak Prabowo tentu menghitung dinamika politik. Kalau reshuffle diumumkan sekarang bisa bentrok dengan agenda politik besar lain seperti desakan pemakzulan Gibran,” ujar Rocky.
Ia menilai dorongan pemakzulan bukan sekadar suara para purnawirawan melainkan representasi suara publik yang sudah lama menilai pencalonan Gibran bermasalah secara etika dan konstitusi.
“Demonstrasi soal Gibran bisa meledak kapan saja. Dan itu bagian dari tekanan publik yang tak bisa dianggap sepele,” tegasnya.
Baca Juga: DPR Soroti Kacau-Balau Haji 2025, Jemaah Haji Terlantar dan Jalan Kaki
Rocky menilai Presiden Prabowo sedang memainkan strategi tunggu dan lihat (wait and see).
“Dia tahu ada tekanan publik, dia tahu negosiasi dengan PDIP belum final, dan dia tahu isu Gibran bisa meledak. Maka, dia memilih menunda reshuffle,” ujar Rocky.
Ia menegaskan bahwa reshuffle pasti akan terjadi namun waktunya bergantung pada tiga hal: tekanan publik, deal dengan Megawati, dan stabilitas politik dalam negeri.
“Ucapan Prabowo soal tidak ada reshuffle dalam waktu dekat itu kode bahwa reshuffle pasti akan ada. Tapi nunggu waktu dan momentum politik yang pas,” pungkas Rocky.***