Namun Qodari mengakui tantangan besar di bidang ini terutama karena Indonesia masih defisit minyak dan sangat bergantung pada LPG impor.
"Subsidi LPG itu gede banget. Harga keekonomiannya jauh di atas harga jual. Pemerintah lagi cari alternatif misalnya lewat dimethyl ether sebagai pengganti LPG," ujar Qodari.
Ia menyebut eksplorasi minyak dan pengembangan energi terbarukan seperti biodiesel sawit sebagai langkah jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan impor.
Qodari juga menyinggung program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bentuk nyata keberpihakan Prabowo terhadap rakyat.
Baca Juga: Diduga Bobby Nasution Miliki Agenda Tersembunyi di Balik Klaim Empat Pulau Aceh, Sorotan Hersubeno
Program ini kata dia ditujukan untuk mengatasi masalah stunting dan rendahnya IQ anak-anak Indonesia.
"Banyak yang belum sadar dua dari 10 anak kita itu stunting. IQ nasional juga rendah, katanya peringkat 127 dari 200 negara. Jadi MBG ini bukan cuma kasih makan, tapi investasi kualitas SDM," paparnya.
Meski sempat dikritik sebagai program mahal, Qodari menyebut MBG lebih efisien dibandingkan pendekatan berbasis rumah tangga.
"Gak mungkin kasih makan satu-satu ke rumah makanya klusternya lewat sekolah," tambahnya.
Baca Juga: PT Gag Malah Dibiarkan Beroperasi, Reaksi DPR RI F-PKB: Perlu Kita Evaluasi Lebih Lanjut
Terakhir Qodari menyoroti program Sekolah Rakyat atau versi usulan namanya Sekolah Merah Putih.
Program ini ditujukan untuk anak-anak dari kelompok ekonomi terbawah (desil 1 dan 2).
"Jangan sampai anak-anak miskin ini tertinggal. Sekolah Rakyat itu seperti program ajaib. Tapi nama ini masih bisa berubah. Jangan sampai nanti distigmatisasi sebagai 'sekolah orang miskin'," ujar Qodari.
Program ini, menurut dia jadi pelengkap program Sekolah Garuda yang ditujukan untuk anak-anak berbakat.
Baca Juga: PT Gag Malah Dibiarkan Beroperasi, Reaksi DPR RI F-PKB: Perlu Kita Evaluasi Lebih Lanjut