Bisnisbandung.com - Isu kenakalan remaja kembali jadi sorotan publik.
Dua pendekatan ekstrem kini muncul di dua wilayah berbeda, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengusulkan solusi tegas dengan mengirim remaja nakal ke barak pelatihan sementara Gubernur Jakarta Pramono Anung memilih pendekatan kultural dan religius seperti sholawatan dan pembinaan berbasis komunitas.
Pengamat politik Adi Prayitno menyebut kedua cara ini mencerminkan selera kepemimpinan yang berbeda.
Baca Juga: Apa Kabar Kasus Korupsi Bank BJB, Tersangka Belum Ditahan? Ini Kata Pakar Hukum Pidana Unpad
“Kalau di Jawa Barat, Kang Dedi lebih memilih pendekatan semi-militeristik, anak-anak nakal dikirim ke barak. Sementara Pramono di Jakarta memilih pendekatan religius dan humanis. Dua-duanya punya pendukung dan pengkritik,” ujar Adi dalam kanal YouTubenya.
Dedi Mulyadi mengambil langkah tegas terhadap remaja yang dianggap sulit dibina.
Mereka dikirim ke barak untuk mengikuti pelatihan kedisiplinan, pendidikan karakter, dan nasionalisme.
Barak ini disebut sebagai tempat terakhir setelah orang tua dan guru menyerah menangani kenakalan anak.
“Kalau orang tua sudah angkat tangan, sekolah tidak mampu, ya ke barak. Di sana mereka dilatih fisik, mental, dan cinta tanah air,” kata Adi.
Baca Juga: Standar Miskin Jadi Perdebatan, Fuad Bawazier Soroti Konsistensinya
Namun pendekatan ini menuai kritik dari sejumlah pihak termasuk DPRD dan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mereka menilai pendekatan ini terlalu militeristik dan bukan solusi jangka panjang dalam dunia pendidikan.
Di sisi lain Pramono Anung memilih jalur yang lebih lembut dan partisipatif di Jakarta terutama di kawasan rawan seperti Manggarai, Jakarta Selatan.
Pemprov DKI menggandeng tokoh agama, RT-RW, majelis taklim, hingga membuka ruang publik seperti taman dan perpustakaan hingga malam.
Baca Juga: Tingkat Pengangguran Masih Jadi Masalah Klasik Jabar