Komentar lain yang tak kalah pedas datang dari akun @komp***gila yang menulis, “Semakin terlihat bahwa mereka antikritik.
Indikasi tidak mau berbenah dan nyaman dengan kondisi yang kacau saat ini.”
Ia bahkan membandingkan dengan kantor polisi di Sydney, Australia, yang bisa dinilai di Google Maps dan mendapat rating 4,3 dari 5.
Baca Juga: Seperti Sepak Bola, Pengamat: Politik Indonesia Butuh Regenerasi yang Tak Bisa Tanpa Pemain Muda
Perdebatan ini menunjukkan bahwa publik memiliki keresahan terhadap keterbukaan institusi kepolisian.
Sebagian melihat fitur ulasan sebagai peluang memperbaiki layanan, sementara yang lain khawatir akan efek buruk dari komentar yang tidak objektif.
Tapi satu hal yang pasti: diskusi ini membuka ruang bagi masyarakat untuk kembali mempertanyakan sejauh mana kepolisian siap menerima penilaian dari rakyatnya.
Fenomena ini juga mengangkat persoalan lebih besar tentang relasi antara lembaga penegak hukum dan masyarakat.
Baca Juga: Pemakzulan Gibran Memungkinkan, Rocky Gerung: Namun Dibaliknya Ada Kalkulasi Politik yang Rumit
Apakah kritik terbuka melalui platform digital bisa menjadi jembatan menuju reformasi pelayanan publik? Atau justru menimbulkan tantangan baru yang tak mudah dikendalikan?
Perbincangan yang berawal dari satu unggahan ini ternyata menyimpan beragam lapisan makna yang layak untuk ditelaah lebih dalam.***