“Yang dilakukan Kunto dan para purnawirawan ini adalah warisan keberanian moral. Mereka tak ada kepentingan jabatan. Maklumat pemakzulan Gibran itu datang dari diskusi panjang, bukan spontanitas,” katanya.
Rocky juga menyoroti inkonsistensi sikap Jokowi yang sempat lebih menerima purnawirawan dari PPAD (yang tidak sepaham dengan kelompok Try Sutrisno), ketimbang mendengarkan kegelisahan kalangan yang lebih kritis.
“Dengan dibatalkannya pencopotan Kunto, kelompok purnawirawan seperti dapat angin segar. Ini bisa jadi semacam pembukaan babak baru dalam tekanan politik,” ungkapnya.
Menurutnya kegelisahan para purnawirawan selaras dengan keresahan masyarakat sipil yang sejak awal menilai pencalonan Gibran sarat pelanggaran etik dan konstitusi.
“Isu ini belum akan selesai. Ini bukan hanya soal legalitas Gibran tapi juga soal kapasitas. Ada ketidakpercayaan publik yang akan terus berkembang,” pungkas Rocky.
Ia meyakini bahwa dinamika politik pasca pembatalan mutasi Letjen Kunto akan memicu eskalasi baru.
Terutama dalam relasi kekuasaan antara Jokowi, Gibran, dan Prabowo yang tampaknya tak lagi sepenuhnya sejalan.***