“Kita sedang berada dalam keadaan yang memburuk, tetapi mengucapkannya pun kadang dianggap berbahaya,” ungkapnya.
Ia menambahkan volatilitas rupiah dan terbatasnya intervensi Bank Indonesia menunjukkan betapa rapuhnya daya tahan ekonomi nasional.
Sementara itu para pejabat justru sibuk berebut jatah APBN.
Rocky juga menyoroti visi ekonomi Prabowo yang dinilai terlalu melebar.
Baca Juga: Prabowo dan Presiden Mesir El-Sisi Bahas Penguatan Kerja Sama Strategis
Ia menyarankan agar pemerintah fokus pada satu sektor strategis, misalnya koperasi, sebagai landasan ekonomi baru di tengah krisis global.
“Kalau koperasi jadi fokus utama itu bisa dijadikan sokoguru ideologi ekonomi nasional. Tapi harus dimulai dari pendidikan, kesadaran publik, dan kurikulum koperasi,” katanya.
Menurutnya dibandingkan program makan siang bergizi atau program lain yang terkesan populis, koperasi justru bisa menciptakan aktivitas ekonomi nyata dari bawah.
Rocky menyebut Prabowo memimpin di tengah keterbatasan anggaran akibat warisan pemerintahan Jokowi yang “ugal-ugalan” dalam belanja infrastruktur.
Baca Juga: Orang-Orang Kaya Indonesia Marak Pindahkan Uangnya, Psikologis Pasar Bisa Terganggu?
Ditambah lagi kehadiran Gibran sebagai Wapres dinilainya menjadi beban etis tersendiri bagi Prabowo.
“Prabowo tidak punya kemewahan anggaran. Jokowi sudah habiskan. Ditambah Gibran yang jadi simbol politik yang lahir dari manipulasi,” jelasnya.
Ia juga menyinggung isu tuntutan publik terhadap Jokowi mulai dari ijazah palsu, kasus Mahkamah Konstitusi, hingga dugaan pencucian uang, yang hingga kini belum dijawab secara tuntas.
Rocky berharap Presiden Prabowo mau duduk bersama dengan oposisi, akademisi, dan masyarakat sipil.
Baca Juga: IHSG Runtuh, Respon Pemerintah Melempem, Alifurrahman: Pejabat-Pejabatnya Gak Peduli?