nasional

Peniliti PUKAT UGM Beberkan Persekongkolan Kasus Patra Niaga: Ini Pengulangan Korupsi 2015

Rabu, 2 April 2025 | 21:00 WIB
Zaenur Rohman, Peneliti PUKAT UGM (Tangkap layar youtube satu visi utama)

 bisnisbandung.com - Peneliti Pusat Kajian Anti-Korupsi Universitas Gadjah Mada (PUKAT UGM), Zaenur Rohman, mengungkap adanya indikasi kuat persekongkolan dalam kasus dugaan korupsi Patra Niaga.

Menurutnya, pola korupsi yang terjadi memiliki kemiripan dengan skandal Petral pada 2015 yang sempat dibongkar oleh Satgas Anti-Mafia Migas, tetapi hingga kini belum mengalami perkembangan signifikan di ranah hukum.

Baca Juga: Hidup di Jakarta Berat! Cak Imin Minta Pendatang Pikir Dua Kali

“Jadi memang, oplosan itu adalah satu isu, tetapi sebenarnya korupsinya sendiri adalah isu yang lain,” ucapnya dilansir dari youtube satu visi utama.

“Kasus korupsi ini adalah pengulangan dari kasus korupsi 2015, ketika Petral waktu itu dibongkar oleh tim Satgas Anti-Mafia Migas. Tetapi kan sampai sekarang, Bambang Ilianto kasusnya berhenti di KPK, tidak ada perkembangan,” sambungnya.

Zaenur menegaskan bahwa kasus ini bukan hanya soal pencampuran minyak atau oplosan, melainkan mencerminkan masalah sistemik dalam mekanisme impor minyak.

Ia menyoroti bagaimana Patra Niaga tidak menyerap seluruh produksi minyak dalam negeri dengan alasan ketidaksesuaian spesifikasi, sehingga memunculkan kebutuhan impor yang lebih besar dari seharusnya.

Baca Juga: Kades Ade Endang Saripudin Minta Maaf Usai Viral Minta THR Rp 165 Juta

 Padahal, sebagian minyak yang tidak terserap justru diekspor, menunjukkan adanya rekayasa dalam penentuan kebutuhan impor.

Lebih lanjut, Zaenur menjelaskan bahwa persekongkolan sudah terjadi sejak tahap perencanaan impor.

 Pemenang tender disebut telah ditentukan sebelum proses resmi berlangsung, dengan harga yang juga dirundingkan sebelumnya.

Ia juga mengkritisi keterlibatan broker-broker lama yang memiliki jaringan kuat dalam industri migas, termasuk individu yang kini terseret dalam kasus ini.

Zaenur menambahkan bahwa indikasi manipulasi tidak berhenti pada penentuan kebutuhan impor dan pemenangan tender.

Dugaan markup biaya pengangkutan melalui perusahaan subsidiari Pertamina turut memperbesar keuntungan pihak-pihak yang terlibat.

Baca Juga: Lebaran di Mata Gus Imin: Tradisi, Ekonomi, dan Semangat Kebersamaan

Halaman:

Tags

Terkini