Bisnisbandung.com - Ekonom Awalil Rizky menyoroti tren impor pangan yang semakin meningkat di tengah menurunnya produksi padi dan jagung di Indonesia.
Dalam youtubenya, Awalil Rizky mempertanyakan apakah negara agraris seperti Indonesia seharusnya bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Awalil Rizky mengungkapkan bahwa produksi padi tahun 2024 diperkirakan mencapai 53,14 juta ton berdasarkan rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca Juga: Ikatan Alumni ITB Ramaikan Bandung dengan Rangkaian Kegiatan
Angka ini mengalami penurunan 1,55% dibandingkan tahun 2023 dan melanjutkan tren penurunan sejak 2018.
Pada tahun 2018 produksi padi mencapai 59,20 juta ton yang berarti selama enam tahun terakhir terjadi penurunan sekitar 6 juta ton.
Jika dikonversi menjadi beras, produksi tahun ini diperkirakan hanya mencapai 30,62 juta ton yang nyaris setara dengan tingkat konsumsi nasional.
Awalil Rizky menyoroti bahwa meskipun produksi sedikit lebih tinggi dari konsumsi pemerintah tetap melakukan impor dalam jumlah besar pada 2023 dan 2024.
Hal ini membuat stok beras dalam negeri tetap tersedia tetapi menimbulkan pertanyaan mengapa impor masih dilakukan ketika produksi dalam negeri masih mencukupi.
Baca Juga: Mafia Minyak Terus Merajalela, Masalah Tata Kelola atau Pelakunya Sama? Sorotan Asep Iwan Iriawan
Menurut Awalil Rizky pemerintah mengklaim tidak akan melakukan impor beras pada 2025 sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
Namun ia mempertanyakan keberlanjutan kebijakan ini untuk tahun-tahun berikutnya.
Jika tren penurunan produksi terus berlanjut bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali bergantung pada impor beras pada 2026 dan seterusnya.
Selain itu ia juga membandingkan metode perhitungan produksi beras sebelum dan sesudah 2018.
Baca Juga: Tantangan Pengawasan dalam Tata Kelola Minyak Goreng, Ketua YLKI Buka Suara