bisnisbandung.com - Pembentukan Danantara sebagai superholding BUMN terus menuai kritik dari berbagai pihak, salah satunya dari Ferry Latuhihin, Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran.
Ia menilai bahwa konsep Danantara tidak memiliki justifikasi yang jelas dan bahkan berpotensi membawa dampak serius bagi stabilitas ekonomi nasional.
Kekhawatiran utamanya terletak pada keputusan memasukkan bank-bank besar ke dalam struktur superholding ini.
Menurut Ferry, sektor perbankan memiliki sensitivitas tinggi dan tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun.
Baca Juga: Musisi Didi Riyadi Bela Band Sukatani, Kalau Tersinggung, Berarti Benar!
“Lebih bahaya lagi kalau bank masuk ke dalam Danantara. Kita tahu, bank itu tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun, Bos!” lugasnya dilansir dari narasi newsroom.
Jika terjadi moral hazard dalam pengelolaannya, dampaknya bisa sangat luas. Ia mengingatkan bahwa kasus Century, yang hanya melibatkan dana bailout sebesar Rp6,6 triliun, sudah cukup untuk menciptakan kepanikan besar di Indonesia.
Dengan memasukkan bank sebesar Mandiri, BRI, dan BNI ke dalam Danantara, risiko sistemik bagi ekonomi nasional pun meningkat.
Baca Juga: Sobary Bongkar Pencitraan Jokowi, Kecintaan Rakyat Hanya Ilusi
Ferry juga menyoroti bahwa skema ini mengingatkan pada praktik yang terjadi sebelum krisis moneter 1998, di mana pemilik bank membiayai proyek-proyek mereka sendiri menggunakan dana bank yang mereka kendalikan.
Jika skema serupa terjadi dalam Danantara, ada kemungkinan terjadi aliran dana dari bank ke proyek-proyek yang tidak layak secara ekonomi, yang pada akhirnya bisa mengancam stabilitas sektor keuangan.
Respon negatif dari pasar terhadap pembentukan Danantara juga semakin menguatkan kekhawatiran ini.
Bursa saham mengalami penurunan signifikan, indeks saham gabungan melemah, dan saham-saham perbankan yang masuk dalam superholding mengalami koreksi tajam.
Baca Juga: Jokowi Dikritik Tak Punya Wawasan Akademik, Sobary: Bahkan Gibran Lebih Parah!