bisnisbandung.com - Peresmian Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mendapat perhatian luas dari masyarakat.
Trauma terhadap kasus-kasus seperti Jiwasraya, Asabri, dan Taspen masih membayangi publik, menimbulkan kekhawatiran apakah Danantara dapat menghindari skandal serupa di masa depan.
Dalam menjawab kekhawatiran ini, CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa pemilihan tim investasi dilakukan dengan standar ketat.
Baca Juga: Efisiensi atau Kepentingan Politik? Ganjar Soroti Pemangkasan Anggaran
“Justru kalau kita lihat, itu sebenarnya tergantung pada manusianya. Pertama, orang-orangnya. Tentunya dengan standar dan peraturan yang ketat,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Metro TV.
Proses seleksi tidak didasarkan pada kepentingan tertentu, tetapi murni pada profesionalisme dan kompetensi.
Tim yang direkrut mencakup individu terbaik dari Indonesia, kawasan regional, hingga tingkat global.
Baca Juga: Feri Amsari: Mumpung Jokowi Masih Hidup Kenapa Tak Diadili?
“Tim-tim yang terbaik yang ada di Indonesia maupun regional, maupun dari luar negeri (global) karena kita memilih tim ini bukan atas dasar suka atau tidak suka, tapi atas dasar profesionalisme,” papar Rosan Roeslani.
Untuk memastikan transparansi dan integritas, Danantara menerapkan aturan ketat terkait konflik kepentingan.
Tidak ada individu dengan hubungan keluarga hingga tingkat tertentu yang diperbolehkan menduduki posisi strategis di dalam organisasi.
Selain itu, tidak ada keterlibatan pihak dari partai politik dalam struktur Danantara. Setiap individu yang terindikasi memiliki afiliasi politik langsung dieliminasi dari proses seleksi.
“Jadi, itu sudah kita atur dengan sangat tegas karena kita tidak mau ada benturan kepentingan, dan tidak ada orang titipan dari partai politik,” tegas CEO Danantara.
Baca Juga: S.O.S Indonesia! Amien Rais Ingatkan Ancaman Besar di Depan Mata