“Teknologi harus mengabdi pada manusia bukan manusia menjadi budak teknologi,” ujar Eep Saefulloh.
Ia menyarankan agar Gibran mengambil peran penting dalam menciptakan konvergensi antara kemajuan teknologi dan perjuangan kemanusiaan.
Program-program inovatif yang mengintegrasikan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat bisa menjadi langkah besar Gibran dalam membuktikan bahwa generasi muda mampu memimpin dengan visi yang lebih maju.
Baca Juga: Pagar Laut Tanggerang Baru Terbongkar 18,7 km, Brigjen TNI Harry Indarto ungkap Kendala Utama
Salah satu kritik yang cukup tajam dari Eep Saefulloh adalah kecenderungan pemimpin menggunakan kekuasaannya untuk terus berkampanye.
“Memerintah itu membuat prosa, bukan puisi,” kata Eep Saefulloh.
Ia menegaskan bahwa Gibran harus belajar memisahkan kegiatan kampanye dari tugas-tugas pemerintahan.
Baca Juga: Banjir Kritikan, Media Asing Soroti 100 Hari Pertama Presiden Prabowo
Sebagai pejabat publik lanjut Eep Saefulloh, Gibran harus fokus pada mandat yang diembannya untuk kemaslahatan masyarakat bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi.
Langkah ini tidak hanya akan memperkuat posisinya sebagai pemimpin muda tetapi juga memperbaiki citra demokrasi di mata publik.
Meski masa depan Indonesia tidak hanya ditentukan oleh Gibran, Eep Saefulloh mengingatkan bahwa partisipasi aktif masyarakat sangat penting.
“Indonesia tidak bisa digendong sendirian oleh Gibran. Kita semua harus bahu-membahu menjemput masa depan yang lebih baik,” tegasnya.
Eep Saefulloh mengajak masyarakat untuk terus menyuarakan kritik dan saran kepada pemimpin termasuk Gibran tanpa harus menunggu diminta.
Dengan demikian masyarakat turut berperan aktif dalam membangun demokrasi yang sehat dan pemerintahan yang lebih baik.
Baca Juga: Mahfud MD Ungkap Pemilik Sertifikat Ilegal HGB Harus Dipidanakan: Tidak Hanya Dibatalkan