Bisnisbandung.com - Pengamat politik senior Ikrar Nusa Bhakti membahas potensi terulangnya peristiwa serangan 27 Juli 1996 yang dikenal sebagai "Sabtu Kelabu,".
Dalam video yang diunggah di YouTubenya, Ikrar Nusa Bhakti mengulas sejarah perpecahan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hingga menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) serta relevansinya dengan situasi politik terkini.
Menurut Ikrar Nusa Bhakti perpecahan PDI bermula dari kongres partai di Surabaya pada 1993.
Ketika Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Ketua Umum PDI yang tidak diinginkan oleh rezim Orde Baru.
Pemerintah merespons dengan mengadakan kongres tandingan di Medan pada 1996 yang mendukung Suryadi sebagai Ketua Umum.
Perpecahan ini menciptakan dua kubu di dalam partai yakni pendukung Megawati dan pendukung Suryadi yang akhirnya berujung pada peristiwa 27 Juli 1996.
Menurut Ikrar Nusa Bhakti pada hari itu pendukung Suryadi dengan dukungan aparat keamanan menyerang kantor PDI di Jalan Diponegoro Jakarta.
Serangan ini menyebabkan lima orang tewas ratusan luka-luka dan puluhan orang hilang.
Baca Juga: Jokowi Jadi Finalis Pemimpin Paling Korup, Hersubeno: Berdampak Pada Pemerintahan Prabowo
Komnas HAM menyatakan peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM berat namun kasus ini hingga kini belum tuntas secara hukum.
Ikrar Nusa Bhakti menyoroti perpecahan internal yang berpotensi terjadi di PDIP saat ini.
Pemecatan Joko Widodo dari partai pada akhir 2024 menjadi salah satu isu sensitif.
Kampanye yang mendiskreditkan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP dan spanduk-spanduk bertuliskan “PDIP ilegal” semakin memperkeruh situasi.
Baca Juga: Dokter Tifa Sebut Jokowi ‘Koruptor Kelas Kakap’, Karena Menjadi Finalis Pemimpin Paling Korup Dunia