bisnisbandung.com - Zulfan Lindan, seorang politisi senior, menyampaikan pandangannya terkait transisi kepemimpinan dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurutnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebaiknya belajar dari langkah strategis Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang lebih awal menyerahkan posisi Ketua Umum Partai Demokrat kepada putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Nah, SBY cerdas, pintar. ‘Saya masih sehat, saya masih diakui, saya kasih ke AHY.” Sehingga, apa pun yang dihadapi AHY, dia ikut menyelesaikan,’ paparnya dilansirdari Zulfan Lindan Unpacking.
Baca Juga: Sri Mulyani Tak Cocok Jadi Menteri? Prof Didin Beri Peringatan untuk Prabowo
Zulfan Lindan menilai langkah SBY tersebut sebagai keputusan yang cerdas. Dengan menyerahkan kepemimpinan saat masih sehat dan aktif, SBY mampu menjaga soliditas Demokrat meskipun menghadapi tantangan, seperti upaya kudeta partai yang pernah terjadi.
Ia menekankan bahwa keberhasilan Demokrat tetap terjaga bukan hanya karena kepemimpinan AHY, tetapi juga peran aktif SBY dalam mendampingi putranya.
“Jadi menurut saya, Ibu Mega itu harus seperti itulah. Jangan terus digenggam-genggam sampai dia sendiri maaf lah, kita kan enggak tahu umur manusia tiba-tiba, siapa yang bertanggung jawab?” lugasnya.
Baca Juga: Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD, Langkah Mundur Demokrasi Kata Rinny Budoyo
Sebaliknya, Zulfan Lindan mengingatkan bahwa PDIP perlu mempersiapkan transisi kepemimpinan yang terencana untuk mencegah konflik internal di masa depan.
Ia menyarankan agar Megawati segera menetapkan siapa penerusnya, baik itu Puan Maharani atau Prananda Prabowo (Nanan).
Zulfan Lindan berpendapat, kepemimpinan PDIP yang terstruktur dapat menjaga soliditas partai yang telah dibangun dengan kerja keras, terutama oleh figur-figur seperti almarhum Taufiq Kiemas.
Ia menilai Puan sebagai sosok yang lebih dikenal di kancah politik nasional dibandingkan Nanan.
Dengan posisinya sebagai Ketua DPR RI, Puan memiliki pengalaman dan kemampuan lobi politik yang dianggap penting untuk memimpin partai sebesar PDIP.
Baca Juga: Pilkada Mahal, Qodari: Pilihan DPRD Tidak Lebih Demokratis!