Kendati Demokrat kini berada dalam koalisi yang sama untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden, hubungan mereka dengan Gibran sebagai wakil presiden tampak dingin.
Demokrat, menurut Alifurrahman, cenderung hanya mendukung Prabowo tanpa sepenuh hati menerima Gibran.
Pemecatan ini juga dinilai menguntungkan posisi Demokrat secara politik. Dengan Jokowi dan Gibran keluar dari PDIP, Demokrat melihat peluang untuk membuka jalan lebih lebar bagi AHY dalam kontestasi politik di masa depan, termasuk Pilpres 2029.
Baca Juga: Mobil Mewah hingga Surat Berharga, Intip Koleksi Harta Gubernur BI Perry Warjiyo Rp 65,9 Miliar
Alifurrahman menyoroti bahwa Demokrat merasa memiliki alasan untuk bersyukur, mengingat hubungan mereka dengan Jokowi diwarnai ketegangan sejak masa lalu.
Menurut Alifurrahman, situasi ini mencerminkan dinamika politik yang kompleks. PDIP dan Demokrat, meskipun berbeda pandangan, kini memiliki kesamaan dalam menyikapi Jokowi.
Bagi PDIP, Jokowi dianggap sebagai pengkhianat partai, sementara bagi Demokrat, ia adalah simbol rivalitas yang pernah menggoyahkan stabilitas internal mereka.***
Baca Juga: Jokowi Angkat Bicara Soal Pemecatan oleh PDIP, Tidak Akan Membela atau Menilai