nasional

Menghancurkan Kebhinekaan Indonesia, Budayawan Eros Djarot Kritik Pembangunan PIK

Senin, 2 Desember 2024 | 16:00 WIB
Budayawan Eros Djarot (dok youtube Abraham Samad )


Bisnisbandung.com - Fenomena PIK (Pantai Indah Kapuk) yang semakin berkembang pesat belakangan ini.

Fenomena PIK mendapat sorotan tajam dari budayawan Eros Djarot.

Dalam youtube Abraham Samad, Eros Djarot menegaskan bahwa keberadaan kawasan elit ini tidak hanya mengancam keadilan sosial tetapi juga merusak peradaban lokal dan kebhinekaan bangsa.

Baca Juga: BRI Perluas Inklusi Keuangan di Asia Tenggara, Luncurkan Super App BRImo di Timor-Leste

Menurut Eros Djarot pengembangan kawasan PIK yang bersifat eksklusif semakin memperlebar kesenjangan sosial antara warga kaya yang tinggal di dalam kawasan tersebut dan warga lokal yang terpinggirkan di luar.

“Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin menjadi terlalu dalam. Warga lokal bukan hanya dimiskinkan, tetapi juga tergusur oleh proyek mewah ini,” ujarnya.

Eros Djarot menilai bahwa klaim PIK sebagai kawasan ‘eksklusif’ telah menimbulkan ketegangan sosial yang bisa berpotensi memicu konflik.

Eros Djarot juga menyinggung tentang pengaruh besar yang dimiliki oleh pengembang PIK yang menurutnya memperburuk keadaan.

“Gara-gara ulahnya rasialisme kembali muncul. Mereka mengorbankan bangsanya sendiri demi keuntungan pribadi. Ini bahaya,ini menghancurkan kebhinekaan Indonesia,” kata Eros Djarot.

Baca Juga: Ini Dia Cara Menemukan Peluang Bisnis Di Sekitar Anda

Dalam pandangan Eros Djarot pemerintah terutama Joko Widodo juga turut bertanggung jawab atas permasalahan ini.

“Pak Jokowi sudah memberi izin untuk pengembangan ini dan saya rasa beliau harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi sekarang,” ujar Eros Djarot.

Menurutnya kebijakan ini memperburuk ketimpangan sosial yang sudah ada dan memperkenalkan konsep eksklusivitas yang mengarah pada pemisahan kelompok sosial berdasarkan kekayaan.

Pembangunan kawasan elit seperti PIK yang menurut Eros Djarot juga menyisakan banyak ruang kosong dan tidak terjangkau bagi warga lokal bukan hanya merugikan individu tetapi juga merusak nilai-nilai kebangsaan.

Baca Juga: BRI Rayakan Hari Menanam Pohon dengan Tanam 5.000 Bibit di Desa Kutuh, Bali

Halaman:

Tags

Terkini