Ia menyoroti risiko keberpihakan yang terlalu kuat terhadap kandidat partai tertentu, sehingga kandidat lain yang berkompeten tapi tidak memiliki “orang dalam” akan sulit bersaing.
“Kalau begini terus masyarakat akan berpikir bahwa yang penting itu bukan kompetensi tapi siapa yang punya backing kuat,” ujarnya.
Pandji mengajak kepada masyarakat untuk terus mengkritisi praktik semacam ini.
Baca Juga: Trailer Film ‘Mary’ dari Netflix: Kisah Kelahiran Yesus dari Perspektif Maria yang Menuai Kritik
Ia mengingatkan pentingnya menjaga pemimpin agar tetap memprioritaskan kepentingan rakyat bukan partai.
“Presiden itu presidennya seluruh rakyat Indonesia bukan presidennya partai. Kalau ini dibiarkan kita kehilangan keadilan dalam demokrasi,” pungkas Pandji.***