Ia menyoroti risiko keberpihakan yang terlalu kuat terhadap kandidat partai tertentu, sehingga kandidat lain yang berkompeten tapi tidak memiliki “orang dalam” akan sulit bersaing.
“Kalau begini terus masyarakat akan berpikir bahwa yang penting itu bukan kompetensi tapi siapa yang punya backing kuat,” ujarnya.
Pandji mengajak kepada masyarakat untuk terus mengkritisi praktik semacam ini.
Baca Juga: Trailer Film ‘Mary’ dari Netflix: Kisah Kelahiran Yesus dari Perspektif Maria yang Menuai Kritik
Ia mengingatkan pentingnya menjaga pemimpin agar tetap memprioritaskan kepentingan rakyat bukan partai.
“Presiden itu presidennya seluruh rakyat Indonesia bukan presidennya partai. Kalau ini dibiarkan kita kehilangan keadilan dalam demokrasi,” pungkas Pandji.***
Artikel Terkait
Mahasiswa Indonesia Tertipu Program Kerja ke Luar Negeri, Prof. Hafid Abbas: Rektor Harus Bertanggung Jawab!
Debat Pamungkas, Calon Bupati Bandung Barat Bersaing Paparkan Visi
Kenapa Jokowi Pilih Ridwan Kamil? Ini Alasan Jokowi Soal Pemimpin Masa Depan Jakarta
Tantangan Baru Lapor Mas Wapres, Hasan Nasbi: Laporan Iseng Mengganggu Sistem Pelaporan
Meniru Keberhasilan Brazil, Prabowo Akan Implementasikan Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia
Tom Lembong dan Said Didu, Rocky Gerung: Dua Tokoh yang Mengguncang Kekuasaan Jokowi