Bisnisbandung.com - Pengamat kesehatan nasional Agung Sapta Adi melontarkan pernyataan mengejutkan terkait arah kebijakan kesehatan di Indonesia.
Agung Sapta Adi menyebut sektor kesehatan saat ini sedang berada di bawah ancaman besar akibat terbukanya pengaruh asing yang ia ibaratkan seperti “kuda Troya” dalam sistem nasional.
Menurut Agung Sapta Adi paradigma kesehatan di Indonesia saat ini telah bergeser dari orientasi layanan publik (healthcare) menjadi industri yang mengejar keuntungan (health industry).
Baca Juga: Natal Sebentar Lagi, Sudahkah Anda Mempersiapkanya?
Hal ini katanya ditandai dengan masuknya berbagai pihak asing ke sektor kesehatan melalui bantuan, investasi, hingga program kemitraan.
Dikutip dari youtube Bambang Widjojanto, Agung Sapta Adi menjelaskan “Ketika ada bantuan asing seperti pengobatan massal itu sebenarnya strategi mereka untuk memetakan kebutuhan kesehatan kita.”
“Data ini nantinya digunakan untuk kepentingan mereka bukan kebutuhan rakyat Indonesia,” ungkap Agung Sapta Adi.
Agung Sapta Adi juga menyoroti isu data genomik sebagai salah satu potensi ancaman serius.
Ia menjelaskan bahwa data genomik yang merupakan big data terkait DNA dan karakteristik genetika penduduk bisa menjadi alat strategis bagi pihak asing untuk mengontrol sektor kesehatan di masa depan.
Baca Juga: Promo Menarik KPR BRI Property Expo 2024, Dapatkan Rumah dengan Keuntungan Maksimal
“Data genomik ini sangat spesifik dan bisa digunakan untuk menciptakan obat-obatan yang presisi. Namun jika data ini jatuh ke tangan yang salah bisa jadi mereka malah menciptakan penyakit baru untuk memanfaatkan pasar kesehatan Indonesia,” tegasnya.
Agung Sapta Adi secara gamblang menyebut kebijakan Kementerian Kesehatan saat ini sebagai pintu masuk bagi “kuda Troya” asing.
Salah satu yang ia kritik adalah pembukaan ekosistem kesehatan untuk investasi asing tanpa pengawasan ketat terhadap data kesehatan.
“Di Amerika data kesehatan dijaga oleh militer karena dianggap strategis. Di sini malah terbuka lebar bahkan bisa ditransfer ke luar negeri atas nama investasi. Ini berbahaya untuk kedaulatan kesehatan kita,” ujar Agung Sapta Adi.
Baca Juga: BRI Peduli Memberdayakan Eks Pekerja Migran Indonesia (PMI), Tingkatkan Keterampilan dan Pengetahuan