“Jadi, jika demokrasi masih membutuhkan imbuhan ‘sejuk’ dan ‘damai,’ itu artinya ada ketidakpercayaan terhadap hakikat demokrasi itu sendiri, Nah, itu yang saya sebut sebagai paradoks,” jelasnya.
Ray Rangkuti menegaskan demokrasi yang sesungguhnya akan memindahkan cara meraih kekuasaan dari kekerasan ke pendekatan akal dan etika, tanpa adanya intimidasi atau caci maki.
Ray Rangkuti memberikan perspektif bagi masyarakat tentang pemaknaan demokrasi yang lebih substansial dan berharap penerapan demokrasi dalam pemerintahan berjalan sesuai dengan prinsip dasarnya.***
Baca Juga: Debat Panas Bupati Bandung, Sahrul vs Dadang Adu Visi Penanganan Bencana