“Jadi, jika demokrasi masih membutuhkan imbuhan ‘sejuk’ dan ‘damai,’ itu artinya ada ketidakpercayaan terhadap hakikat demokrasi itu sendiri, Nah, itu yang saya sebut sebagai paradoks,” jelasnya.
Ray Rangkuti menegaskan demokrasi yang sesungguhnya akan memindahkan cara meraih kekuasaan dari kekerasan ke pendekatan akal dan etika, tanpa adanya intimidasi atau caci maki.
Ray Rangkuti memberikan perspektif bagi masyarakat tentang pemaknaan demokrasi yang lebih substansial dan berharap penerapan demokrasi dalam pemerintahan berjalan sesuai dengan prinsip dasarnya.***
Baca Juga: Debat Panas Bupati Bandung, Sahrul vs Dadang Adu Visi Penanganan Bencana
Artikel Terkait
Veronica Tan, Sosok Lembut Yang Diangkat Presiden Prabowo Menjadi Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Eep Saefulloh: Tidak Masuk Akal Membayangkan Prabowo Menjadi Pelanjut Dari Kebijakan Jokowi
Presiden Prabowo Berpihak Pada Rakyat, Eep Saefulloh Tegaskan Bukan Dengan Jokowi
Qodari: Megawati Ada di Sisi Tersembunyi dalam Pemerintahan Prabowo
Gibran Hadapi Ujian Berat, Rocky Gerung: Menjadi Presiden Sementara saat Prabowo Berkeliling Dunia
Prabowo Siap Tuntaskan Judi Online, Rocky Gerung: Harus Mulai dari “Beking”-nya!