“Tapi nanti setelah 20 Oktober, ceritanya bisa beda. Menjelang pelantikan presiden, mungkin tiba-tiba ada yang mengaku, ‘Sayalah pemilik akun fufugafa,’ ya, kambing hitam,” ujar Selamat Ginting.
“Nah, sama seperti cerita gangster, ada yang mengaku ‘saya pemilik akun fufufafa’ untuk menutupi yang sebenarnya. Semudah itu,” sambungnya.
Menurut Selamat Ginting, skandal ini tidak hanya merusak citra moralitas bangsa, tetapi juga mencerminkan bagaimana penyalahgunaan kekuasaan bisa melindungi tindakan yang tidak etis.
Sama seperti di masa Al Capone, di mana orang-orang tidak berani menantang kekuasaan gangster, skandal akun fufufafa yang diduga milik Gibran memperlihatkan bagaimana kekuatan politik bisa mempengaruhi proses hukum dan transparansi.***
Baca Juga: Rocky Gerung Tidak Percaya Jokowi Tidak Akan Ikut Campur Dalam Penyusunan Kabinet Prabowo