nasional

Pramono dan Rano Karno Dielu-elukan di Pilkada Jakarta, Mengapa?

Selasa, 1 Oktober 2024 | 20:15 WIB
Rano Karno (kiri) dan Pramono (kanan) (Tangkap layar youtube Seword TV)

Bisnisbandung.com - Dalam lanskap politik Jakarta yang semakin memanas, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno semakin mendapat dukungan luas dari masyarakat.

 Menurut Arithok, seorang pegiat media sosial yang berbicara di kanal YouTube Seword TV, popularitas pasangan ini terus meroket, mengimbangi elektabilitas tokoh-tokoh besar seperti Tri Rismaharini.

Hal ini bukan hanya karena Rano Karno yang pernah menjadi aktor terkenal di masa mudanya, tetapi juga karena program-program kerja yang ditawarkan dianggap lebih relevan dan berdampak langsung pada masyarakat.

Baca Juga: Israel Serang Lebanon dan Yaman, Rocky Gerung: Kenapa Indonesia Sibuk Ribut Sendiri

Salah satu program unggulan yang diusung oleh pasangan Pramono-Rano, yang kerap disebut "Pakar," adalah mengaktifkan kembali Balai Rakyat sebagai pusat kegiatan masyarakat.

Program ini mencakup pemberdayaan di berbagai bidang, mulai dari kesehatan dengan penguatan posyandu hingga dukungan untuk UMKM.

Selain itu, mereka berencana meningkatkan kinerja RT dan RW sebagai ujung tombak pelayanan publik, serta mengoptimalkan transportasi umum.

Bahkan, ada kemungkinan MRT dan LRT akan digratiskan, sebuah kebijakan yang dianggap akan membawa manfaat besar bagi warga Jakarta.

Baca Juga: Refly Harun Bongkar Alasan Jokowi Belum Pindahkan Ibu Kota ke IKN

Di sisi lain, popularitas pasangan Ridwan Kamil dan Suswono yang awalnya unggul, kini mulai menurun.

 Arithok mencatat bahwa program-program yang diajukan oleh RK-Suswono, seperti mobil curhat, tidak mendapat respons positif dari masyarakat. Bahkan, banyak yang menyebut program tersebut aneh dan tidak efektif dalam menyelesaikan masalah kota Jakarta.

Faktor lain yang turut mendongkrak elektabilitas Pramono dan Rano adalah kejenuhan masyarakat terhadap politik identitas.

Isu-isu yang memecah belah masyarakat, seperti yang terjadi pada Pilkada Jakarta sebelumnya, masih meninggalkan jejak polarisasi yang tajam.

Baca Juga: TAP MPR dan Sejarah yang Terancam Hilang, Pandangan Bivitri Susanti

Halaman:

Tags

Terkini