Bisnisbandung.com - Baru-baru ini, jagat media sosial diramaikan dengan gerakan "Pasang Satu Foto," di mana hanya foto Presiden terpilih Prabowo Subianto yang ditampilkan, sementara posisi Wakil Presiden hanya diisi bingkai kosong bertuliskan "Fufufafa."
Fenomena ini dipandang sebagai bentuk pembangkangan sosial atau "social disobedience" yang kerap dikaitkan dengan perlawanan terhadap apa yang dianggap sebagai rezim dinasti Presiden Jokowi.
Rocky Gerung, memberikan pandangannya terkait dampak dari gerakan ini terhadap psikologi Gibran Rakabuming Raka dan keluarganya.
“Kita mengerti bagaimana psikologi Gibran dan keluarganya, terutama Pak Jokowi, melihat foto Wakil Presiden tanpa nama, tetapi hanya tulisan "Fufufafa," yang didampingi oleh Presiden terpilih, Pak Prabowo, yang resmi memakai baju kenegaraan,” lugasnya.
Baca Juga: Dari Pendukung Jadi Musuh, Ade Armando: Denny Siregar dan Rizieq Bersatu Melawan Jokowi
Ia menyebutkan bahwa kemunculan foto tanpa nama tersebut adalah hasil dari dinamika sinisme dan satire yang telah lama hadir dalam iklim demokrasi Indonesia.
“Kelakuan Gibran itu dianalisis sebelum dia jadi Wakil Presiden. Tidak ada upaya untuk memecah belah Pak Prabowo dengan Wakil Presiden; yang ada hanyalah sinisme dan satire, dan itu hal yang biasa dalam demokrasi,” lanjutnya dilansir dari youtube pribadinya.
Meskipun begitu, Rocky Gerung menilai bahwa tidak ada upaya serius untuk memecah belah hubungan antara Prabowo dan Gibran.
Fenomena ini juga disebutnya sebagai cerminan bagaimana netizen kini menjadi salah satu elemen penting dalam membentuk arah politik Indonesia, mengalahkan pengaruh partai politik tradisional maupun media.
Baca Juga: Fenomena Kotak Kosong di Pilkada, Rocky Gerung: Tanda Demokrasi Indonesia Mati
“Ini bukan sekadar karena ketidaksukaan publik, melainkan karena dia dianggap diselundupkan oleh bapaknya, Pak Jokowi, melalui lembaga-lembaga institusi,” ujar Rocky Gerung.
“Namun, semua label dan diksi yang pernah dia buat, meski dianggap indikatif, semakin kuat indikasinya dan semakin sulit dibantah,” tegasnya.
Menurutnya, foto "Fufufafa" bukanlah serangan terhadap bangsa atau negara, melainkan sebuah bentuk olok-olok politik yang konyol, yang lahir dari ketidakpuasan terhadap cara Gibran diduga naik ke tampuk kekuasaan melalui bantuan ayahnya.
Baca Juga: Refly Harun Ungkap Agenda Besar Dibalik Ekspor Pasir Laut yang Kontroversial