Bisnisbandung.com - Pengamat politik Faizal Assegaf mengkritik keras rencana pelantikan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden, mengaitkannya dengan perubahan besar dalam citra politik Jokowi dan potensi dampaknya bagi publik.
Faizal Assegaf menilai bahwa kemunculan dinasti politik Jokowi, yang awalnya dikampanyekan sebagai pro-rakyat dan sederhana, kini berubah menjadi simbol kekuasaan elit yang dianggap berjarak dari masyarakat.
“Jokowi mengubah kelas proletar dengan kampanye hidup sederhana menjadi kelas borjuis, dinasti yang paling rakus dalam kekuasaan, yaitu menempatkan anaknya sebagai wakil presiden,” ungkapnya dilansir dari Indonesia Lawyers Club.
Baca Juga: Qodari Ungkap Fakta di Balik Jet Pribadi Kaesang dan Usaha Memecah Belah Prabowo-Jokowi
Faizal Assegaf menyoroti bahwa belum pernah dalam sejarah Indonesia seorang presiden mengakhiri masa jabatannya dengan menempatkan anaknya sebagai penerus dalam posisi strategis di pemerintahan, seperti jabatan Wakil Presiden.
“Jadi kepergian Jokowi nanti pada tanggal 20 Oktober menimbulkan satu ledakan atau daya picu politik yang baru pertama kali terjadi, di mana presiden meninggalkan sosok anaknya, putranya, yang hari ini makin berakumulasi pada kemarahan publik,” ungkapnya.
Langkah ini menimbulkan reaksi publik yang semakin kuat, terutama mengingat latar belakang kampanye Jokowi yang sangat menekankan kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat.
Perubahan citra ini, menurut Assegaf, menjadi pemicu kekecewaan dan kemarahan di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Ini Dia Rekomendasi Parfum Terbaik Dipakai Wanita Kala Musim Hujan
Kritik terhadap keluarga Jokowi, terutama terkait gaya hidup mewah dan isu penggunaan jet pribadi, semakin memperburuk situasi.
Masyarakat mempertanyakan konsistensi antara janji kampanye dan gaya hidup keluarga presiden.
Faizal Assegaf menyebut bahwa fenomena ini menambah kecurigaan publik mengenai perubahan orientasi kekuasaan Jokowi dari seorang pemimpin yang pro-rakyat menjadi dinasti yang elit dan borjuis.
Lebih lanjut, Faizal Assegaf menilai bahwa kepergian Jokowi dari Istana pada 20 Oktober mendatang akan menimbulkan "ledakan politik".
Baca Juga: Prabowo Hanya Boneka? Said Didu Ungkap Skenario Mulyono Kuasai Partai dan Kritik Proyek PIK 2