Hal ini, menurutnya, berpotensi menimbulkan spekulasi tentang adanya "jual beli pengaruh" atau penyalahgunaan jabatan.
Rocky Gerung menyebut, saat itu ia berusaha memperingatkan Gibran agar tidak terjebak dalam situasi seperti itu, karena usia yang masih muda memberikan ruang bagi Gibran untuk menghindari potensi konflik politik di masa depan.
“Orang-orang datang ke wali kota yang adalah anak presiden, entah I tu menteri atau pengusaha, pasti menimbulkan tukar tambah suasana yang di dalamnya ada sinyal untuk suap atau sogokan,” kerasnya.
“Saya katakan itu supaya, "Anda masih muda, sebaiknya hindari itu." Dia hanya tertawa saat saya tegur begitu. Jadi, konteksnya begitu,” terusnya.
Namun, terlepas dari peringatan tersebut, Gibran akhirnya memilih jalur politik dan mulai terlibat lebih jauh.
Isu mengenai peran Gibran dalam politik pun terus berkembang, terutama setelah dirinya mendapat sorotan karena didukung oleh ayahnya, Presiden Joko Widodo.
Rocky Gerung menyatakan bahwa niatnya adalah untuk melindungi Gibran dari pengaruh negatif politik, bukan untuk menuduh atau menjelekkan.
Meski begitu, Rocky Gerung tetap menegaskan bahwa upayanya hanyalah sebagai nasihat untuk menghindarkan Gibran dari kerangka korupsi dan intrik politik yang sering kali melibatkan jabatan tinggi di pemerintahan.***