"Jika mahasiswa yang mengarak patung Pak Jokowi lalu menaruhnya di bawah pisau guillotine, itu simbolik sifatnya," tambahnya.
Dalam sudut pandang Rocky Gerung, gerakan mahasiswa ini lahir dari dorongan moral dan evaluasi etis terhadap pemerintahan yang dianggap gagal memenuhi janji-janji keadilan sosial.
Hal ini sebagai ekspresi simbolis seperti yang terjadi di Yogyakarta tidak boleh dianggap sebagai penghinaan, tetapi sebagai bentuk kritik yang sah terhadap pemerintahan yang dianggap tidak mampu mendengar dan merespons tuntutan rakyat.
Baca Juga: Giliran Airin Diusung PDIP, Golkar Baru Mendukung, Hersubeno Arief: Posisi Tawarnya Makin Kuat
Dengan semakin meningkatnya tekanan baik dari dalam negeri maupun internasional, Rocky Gerung menekankan pentingnya pemerintah untuk jujur dalam menghadapi kritik ini dan segera melakukan perbaikan yang diperlukan.
Ketidakmampuan untuk melakukan hal ini hanya akan memperburuk situasi dan memperkuat persepsi bahwa pemerintahan Jokowi telah gagal dalam memenuhi harapan rakyat dan menjaga reputasi Indonesia di mata dunia.
“Jadi, jangan dipersoalkan seolah-olah itu menghina atau suatu kejahatan tidak, itu adalah ekspresi terhadap kegagalan Jokowi dalam mendengarkan suara rakyat selama 9 tahun ini,” lugas Rocky Gerung.***
Baca Juga: KIM Plus Bubar di Pilkada Pasca Putusan MK, Hersubeno Arief: Kartel Politik Ternyata PecahBaca Juga: KIM Plus Bubar di Pilkada Pasca Putusan MK, Hersubeno Arief: Kartel Politik Ternyata Pecah