Bisnisbandung.com - Faisal Basri, seorang ekonom terkemuka, mengungkapkan pandangannya mengenai proyek Ibu Kota Negara (IKN) di channel youtube Novel Baswedan.
Faisal Basri menyoroti isu mendasar terkait apakah IKN merupakan proyek untuk mewujudkan simbol peradaban Indonesia atau sekadar proyek properti komersial.
Faisal Basri mengkritik bahwa otoritas yang memimpin proyek IKN cenderung berfokus pada aspek bisnis.
Baca Juga: PDIP Berontak! Ribka Tjiptaning Lantang: Lawan Jokowi Ini Neo Orde Baru
“Kalau soal IKN kadang-kadang kita gampang lihatnya, ini proyek ibukota untuk mewujudkan simbol bahwa peradaban Indonesia, yang mencerminkan keindonesiaan atau macam-macam seperti itu atau ini proyek property?”lugasnya
Dengan wakil waktu itu dari Sinar Mas, proyek ini terlihat lebih seperti investasi properti dengan tujuan komersial.
Pemerintah menjanjikan populasi 1,9 juta penduduk pada 2035 atau 2045 dengan luas wilayah empat kali Jakarta, sebuah gambaran yang menguntungkan bagi bisnis properti seperti hotel, perkantoran, dan rumah sakit.
Baca Juga: Usai Hasyim Asy'ari Dicopot, Jokowi: Proses Pemilihan Ketua KPU Baru Harus Cepat dan Transparan
Faisal menekankan pentingnya revitalisasi rencana IKN agar benar-benar mencerminkan ciri khas Indonesia.
Ia menyarankan agar kegiatan lain, seperti pusat pengembangan pemain sepak bola, ditempatkan di Sulawesi, Sumatera, atau Kalimantan yang lain. Industri hijau juga bisa disebarkan ke berbagai daerah.
Menurutnya, membangun satu kota yang menjadi Green Smart City tidak cukup jika kota tersebut dikelilingi oleh daerah yang tidak berkembang.
“Kita tidak ingin membangun satu ibukota yang kotanya Green smart city, seolah-olah dia itu surga yang dikelilingi oleh neraka gitu,” lugasnya.
Pada tahun 2045, diperkirakan lebih dari 60% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Faisal menyoroti bahwa banyak kota di Indonesia masih memiliki daya dukung yang terbatas untuk menghadapi arus urbanisasi.