Melansir dari Medical News Today, sebuah studi menemukan paparan terkait kekerasan yang ditampilkan oleh media.
Baca Juga: Muncul Isu Hak Angket di Masyarakat, Bahlil: Presiden Jokowi Biasa Saja
Pada akhirnya kekerasan itulah yang menjadi salah satu resiko terjadinya peningkatan perilaku agresi khususnya kepada anak-anak.
Paparan terhadap konten kekerasan di media nyatanya menjadi satu dari 6 faktor terjadinya perilaku agresi pada anak.
Lima faktor lainnya seperti rendahnya keterlibatan orang tua, gender, bias terhadap kekerasan, physical victimization, dan riwayat berkelahi secara fisik.
Baca Juga: Drama Politik Pilkada DKI Jakarta, Siapakah Calon Pilihan Golkar?
Menurut laporan We Are Social, angka pengguna media sosial di Indonesia sendiri totalnya mencapai ratusan juta.
Misalnya saja pengguna Youtube mencapai 139 juta, Instagram 103,3 juta, Twitter 27,05 juta, dan Facebook 136,3 juta.
Sebenarnya sudah banyak orang yang menghabiskan waktunya di media sosial sehingga keberadaannya sangat berpengaruh dalam perilaku Bullying.
Baca Juga: Tips cara Menghadapi hubungan yang tidak direstui oleh orang tua
Alasan utamanya karena media sosial memperluas batasan Bullying yang tadinya mencakup sekolah menjadi ranah internet.
Akibatnya, kasus Bullying kerap kali terjadi dalam kurun waktu 24 jam setiap harinya di media sosial berupa teks, email, dan sebagainya.
Berdasarkan riset U-Report dari UNICEF, sebanyak 45% responden pernah mengaku menjadi korban Cyberbullying.
Hasil riset ini pun telah melibatkan setidaknya 2.777 responden dari berbagai daerah khususnya Indonesia.
Penyebaran Cyberbullying terjadinya kekerasan antar remaja/anak muda berasal dari media sosial, aplikasi chatting, game online, youtube, dan lainnya.***