Bisnisbandung.com - Belakangan ini China sedang berencana menerbitkan Surat Utang baru sebesar 1 Triliun Yuan atau sekitar 2,19 kuadriliun.
Surat Utang tersebut melalui obligasi spesial ultra untuk mendanai proyek yang berkaitan dengan pangan, energi, rantai pasok hingga urbanisasi.
Melansir dari berbagai sumber, Surat Utang yang akan diterbitkan merupakan upaya Pemerintah China untuk membangkitkan dan menopang perekonomian.
Baca Juga: Gibran Berkomitmen Cabut Izin Tambang yang Melanggar dan Dorong Kerjasama dengan Warga Lokal
Seperti diketahui, hampir semua negara di dunia mengalami penurunan ekonomi imbas pandemi Covid-19 sejak tahun 2020.
Sebenarnya kabar ini bisa dibilang mengejutkan, sebab penjualan obligasi sebelumnya jarang terjadi.
Hal ini merupakan yang ke-empat dalam kurun waktu kurang lebih selama 26 tahun terakhir mengenai obligasi.
Baca Juga: Gibran Terus Kuatkan Reforma Agraria, Dari 500 Ribu Menjadi 110 Juta Sertifikat Telah Tersebar
Pasalnya, selama ini penjualan obligasi pertama kalinya terjadi kala krisis keuangan pada tahun 1998 silam.
Pada puncaknya penjualan obligasi terjadi saat pandemi Covid-19 menyerang seluruh dunia dari tahun 2020.
Ketika itu Pemerintah China menerbitkan obligasi senilai 1 triliun Yen atau sekitar 2,19 kuadriliun untuk mengatasi permasalahan ekonomi.
Baca Juga: Cak Imin Tuding Food Estate Abaikan Petani dan Picu Krisis Lingkungan
Mirisnya, dampak dari penjualan obligasi tersebut sampai saat ini masih menjatuhkan perekonomian China.
Sejak Oktober tahun 2022, China sedang mengalami deflasi sehingga pertumbuhan ekonominya masih belum stabil.