bisnisbandung.com - Ketegangan internal di PBNU kembali menjadi sorotan nasional, terutama setelah munculnya gejolak antara sejumlah elite organisasi dan pihak-pihak yang terhubung dengan kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Hubungan Ketua PBNU, Yahya Staquf dan Gus Ipul yang terlihat merenggang dinilai tidak dapat dilepaskan dari dinamika politik kekuasaan yang tengah bergerak.
Rocky Gerung, pengamat politik, melihat bahwa keributan yang muncul di tubuh NU bukan sekadar konflik organisasi, melainkan bagian dari pertarungan pengaruh yang berkaitan dengan peta kekuasaan.
“Ada perjanjian yang tidak mungkin terbuka antara Gus Ipul sebagai Menteri Sosial dengan komunitas elite politik di sekitar kabinet Pak Prabowo. Kan begitu cara membacanya tuh,’ ungkapnya dilansir dari youtube pribadinya.
“Sementara ketuanya berupaya untuk membawa isu ini sebagai isu organisasi. Jadi mulai diproses misalnya bagaimana proses pengunduran diri, atau bagaimana tekanan politik; sebetulnya di belakangnya ada apa,” lanjutnya.
Menurutnya, NU memiliki posisi strategis karena tidak hanya memiliki menteri aktif, seperti Saifullah Yusuf, tetapi juga memiliki kedekatan dengan partai politik yang selama ini berbasis Nahdliyin, seperti PKB.
Rocky juga menyoroti dinamika hubungan yang selama ini kurang akur antara Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar.
Baca Juga: Bisnis Yang Melesat Maju di 2026, Simak Ragam Tren Bisnis Tahun Depan
Pertarungan internal disebut telah memunculkan dua arah gerakan: upaya menggulingkan Muhaimin serta wacana tandingan yang mencoba melemahkan posisi Yahya.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa friksi antara dua figur berpengaruh tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan dukungan politik di tingkat pusat.
Selain soal jabatan politik, Rocky juga menyoroti isu konsesi tambang yang sempat diberikan kepada NU pada masa pemerintahan sebelumnya. Menurut analisisnya, isu ini menimbulkan perbedaan sikap di kalangan elite PBNU.
Ada yang memandang konsesi tersebut sebagai peluang organisasi besar untuk menikmati hasil ekonomi nasional, sementara sebagian lainnya menilai adanya potensi pertukaran kepentingan yang lebih menguntungkan kelompok tertentu dibandingkan organisasi.
Perbedaan pandangan ini dianggap memperkuat ketegangan internal, terutama ketika dugaan mengenai kepentingan pribadi atau vested interest semakin sering dibicarakan.
Baca Juga: Mari Cermati Tren Fashion 2026, Ada Transformasi Yang Signifikan
Artikel Terkait
Selain Kontroversi, Gus Yahya Diminta Mundur Disebabkan Ada Pelanggaran Masalah Keuangan
Gus Yahya Enggan Mundur, Pengamat Ungkap Potensi Mobilisasi Massa di Tengah Konflik Internal NU
KH Imam Jazuli Menilai NU Dibully di Medsos karena Kesalahan Ketua Umum