Rocky menilai bahwa salah satu figur yang paling terlihat dalam dinamika terkini adalah Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Sebagai Sekjen PBNU sekaligus Menteri Sosial, ia dipandang memiliki hubungan yang cukup kuat dengan lingkaran kekuasaan di sekitar Presiden Prabowo.
Kombinasi posisi politik dan jabatan organisasi ini disebut membentuk semacam kesepahaman tidak tertulis dengan pihak-pihak tertentu di pemerintahan.
Di sisi lain, Ketua Umum PBNU dinilai mencoba membawa persoalan ini tetap berada dalam kerangka organisasi, bukan politik. Perbedaan pendekatan tersebut justru membuka peluang bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk saling membeberkan kelemahan lawan politik.
Rocky menegaskan bahwa prahara yang melanda NU saat ini bukan fenomena baru. Bagi Rocky, keterlibatan NU dalam arena politik dan bisnis adalah konsekuensi dari peran historis organisasi tersebut sebagai aktor besar dalam perjalanan republik.
NU yang berakar pada nilai-nilai religius dan kultural kini harus menghadapi realitas organisasi modern yang bersinggungan dengan politik praktis dan kepentingan ekonomi.
“Tadinya kultural, lalu masuk politik, sekarang masuk bisnis. Jadi ini konsekuensi dari sebuah organisasi yang dirancang sebetulnya untuk memelihara ethics value itu tapi kemudian terlibat dalam soal-soal yang politiko-pragmatis itu,” tajam Rocky Gerung.***
Artikel Terkait
Selain Kontroversi, Gus Yahya Diminta Mundur Disebabkan Ada Pelanggaran Masalah Keuangan
Gus Yahya Enggan Mundur, Pengamat Ungkap Potensi Mobilisasi Massa di Tengah Konflik Internal NU
KH Imam Jazuli Menilai NU Dibully di Medsos karena Kesalahan Ketua Umum