Psikolog Forensik Ragukan Bullying sebagai Motif Utama di Balik Ledakan SMAN 72

photo author
- Minggu, 16 November 2025 | 12:00 WIB
Tejadi ledakan di SMA Negeri  72 Jakarta (Tangkap layar youtube CNN Indonesia)
Tejadi ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta (Tangkap layar youtube CNN Indonesia)

Bisnisbandung.com - Kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang melukai puluhan siswa menjadi perhatian luas bukan hanya karena pelakunya masih di bawah umur, tetapi juga karena insiden ini merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia dengan pelaku remaja yang merakit alat peledak secara mandiri.

Psikolog klinis forensik Kasandra Putranto menilai bahwa peristiwa ini harus ditangani secara hati-hati dan tidak terburu-buru menyimpulkan penyebab tunggal.

Menurut Kasandra, kasus ini memerlukan prosedur pemeriksaan forensik yang menyeluruh, dimulai dari analisis alat peledak, sumber bahan, kemampuan pelaku dalam merakit, hingga kemungkinan pengaruh dari pihak lain atau paparan konten tertentu.

Baca Juga: Kasus Ledakan SMAN 72, Polisi Beberkan Temuan ‘Diary’ Pelajar yang Berkonflik dengan Hukum

“Saya masih meyakini karena ada faktor berikutnya yaitu profil psikologis yang belum terjawab sampai saat ini, yang itu saja harus menunggu hasil pemeriksaan psikologi forensik,” ungkapnya dilansir dari youtube Kompas TV.

Ia menilai bahwa berbagai kasus internasional menunjukkan bahwa remaja dapat mempelajari kemampuan tersebut melalui internet atau media sosial, sehingga seluruh aspek ini perlu diverifikasi secara ilmiah.

Selain barang bukti, profil psikologis pelaku menjadi salah satu unsur penting yang harus dipastikan.

Baca Juga: Ketua Komisi Reformasi Polri Dukung Putusan MK Batasi Peran Polisi di Jabatan Sipil, Tapi Masalah Belum Selesai

Meskipun ditemukan catatan harian yang memuat perasaan kesepian dan dugaan pengalaman perundungan, Kasandra menilai bahwa informasi tersebut belum dapat dijadikan dasar tunggal untuk menyimpulkan motif tindakan ekstrem tersebut.

Ia menegaskan bahwa pemaknaan seorang anak terhadap lingkungannya sering kali dipengaruhi cara berpikir yang belum matang sehingga perlu dikaji lebih dalam apakah keluhan itu menunjukkan realitas yang dialami atau sekadar persepsi pribadi.

Kasandra menekankan bahwa istilah perundungan memiliki spektrum luas, mulai dari fisik hingga sosial, sehingga klaim adanya bullying harus dibuktikan secara objektif.

Jika dugaan tersebut benar melibatkan teman sekolah, konsekuensinya bisa menempatkan siswa lain sebagai pelaku perundungan.

Namun, jika ditemukan riwayat tekanan psikologis sejak jenjang sebelumnya atau dari lingkungan keluarga, maka konteks kasus ini dapat berubah secara signifikan.

Baca Juga: Singgung Kapitalisme, SBY: Dia Tidak Sensitif, Tidak Peduli pada Kemiskinan, Ketimpangan, dan Ketidakadilan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X