bisnisbandung.com - Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto kini menghadapi tantangan besar akibat warisan sepuluh tahun pemerintahan sebelumnya yang kehilangan tradisi berpikir dan perdebatan intelektual.
Menurut Rocky, kondisi ini membuat lingkungan kekuasaan di Indonesia terputus dari kebiasaan refleksi, analisis, dan diskusi konseptual yang seharusnya menjadi dasar pengambilan kebijakan negara.
Rocky menyoroti pentingnya “ring satu” presiden, atau lingkaran terdekat di sekitar kepala negara, sebagai faktor penentu arah kebijakan. Ia membandingkan praktik kepemimpinan di berbagai era, baik di Indonesia maupun dunia.
Baca Juga: Prabowo Kembalikan 3,3 Juta Hektare Lahan, Hersubeno Arief Soroti Arah Penertiban
Di masa lalu, sejumlah pemimpin seperti Bung Karno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki tim konseptual yang berfungsi sebagai ruang debat dan pertukaran gagasan sebelum kebijakan diputuskan.
Lingkungan intelektual seperti itu, menurutnya, melahirkan pemerintahan yang berpijak pada ide dan argumentasi, bukan sekadar pada instruksi politik.
Rocky menilai, perubahan mulai terlihat sejak era Presiden Joko Widodo, ketika kebiasaan berpikir konseptual dan diskusi akademik mulai ditinggalkan.
“Masuk pada era Pak Jokowi, kebiasaan untuk mempersoalkan sesuatu secara konseptual berhenti. Tidak ada dalam tradisi Pak Jokowi,” gamblangnya dilansir dari youtube Rocky Gerung Official.
Baca Juga: Kejagung Siap Lelang Aset Sandra Dewi, Belum Cukup Tutupi Uang Pengganti Rp420 Miliar Harvey Moeis
“Karena itu, Pak Jokowi mengandalkan buzzer untuk menjalankan apa yang kemudian diolah-olah sebagai termul kita kehilangan kondisi akademis ketika sepuluh tahun Presiden Jokowi memerintah,” imbuhnya.
Dalam pandangannya, sepuluh tahun pemerintahan Jokowi lebih banyak diwarnai oleh pendekatan praktis dan sloganistik yang menonjolkan kerja teknokratis tanpa landasan pemikiran mendalam.
Akibatnya, muncul generasi politik yang terbiasa bekerja tanpa refleksi, sementara kritik publik direspons dengan cara populis dan dikendalikan oleh narasi digital melalui para pendengung (buzzer).
Dampak dari hilangnya tradisi intelektual ini, kata Rocky, kini dirasakan oleh pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Respons Interupsi Dewan Soal Tambang, Tidak akan Kompromi dengan Kerusakan Lingkungan
Artikel Terkait
Prabowo Menyatakan Tiga Tahun Lagi Indonesia Punya Mobil Nasional! Netizen: Tapi Jangan Sampai Bernasib Seperti Esemka…
Di Hari Sumpah Pemuda, Presiden Prabowo Tekankan Pentingnya Kejujuran dan Kerja Keras bagi Kemajuan Bangsa
Pegiat Media Sosial Nilai Ada Rivalitas Politik Halus antara Prabowo dan Gibran
Reaksi Rocky Gerung Soal Presiden Prabowo Akui Dongkol Menonton Podcast dengan Konten Kritis
Prabowo Tawar Tarif 0% untuk Komoditas Unggulan, Pengamat Soroti Alasan Terselubung
Prabowo Kembalikan 3,3 Juta Hektare Lahan, Hersubeno Arief Soroti Arah Penertiban