Pasar Belum Percaya, INDEF Peringatkan Potensi Backfire Kebijakan Purbaya

photo author
- Minggu, 12 Oktober 2025 | 07:00 WIB
Tauhid Ahmad, Senior Ekonom INDEF (Tangkap layar youtbe Metro TV)
Tauhid Ahmad, Senior Ekonom INDEF (Tangkap layar youtbe Metro TV)

bisnisbandung.com - Purbaya Yudhi Sadewa melakukan berbagai gebrakan di awal jabatannya sebagai Menteri Keuangan. Namun, dinamika pasar keuangan nasional menunjukkan tantangan besar di tengah optimisme kebijakan yang tengah dibangun.

Berdasarkan analisis Tauhid Ahmad selaku Senior Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), tren arus modal keluar (outflow) masih lebih dominan dibanding arus modal masuk (inflow) dalam beberapa waktu terakhir.

Pasar keuangan menunjukkan adanya perbaikan indeks, namun respon investor belum sepenuhnya positif.

Baca Juga: Eks Menkeu Fuad Bawazier Puji Gaya Purbaya, Dinilai Otentik

Pergerakan saham dan surat berharga negara mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar terhadap arah kebijakan fiskal yang baru.

Transisi kepemimpinan di Kementerian Keuangan menjadi salah satu faktor yang memicu sikap wait and see dari investor. Dan didorong pula gelontaran 200 Milliar ke Bank Himbara membuat adanya kekhawatiran.

“Misalnya market melihat terutama bank-bank nih agak sedikit menurun karena khawatir risiko ke depan kalau dipaksa kredit masuk tapi katakanlah kelayakannya kurang dengan likuiditas itu mereka tidak menjadi satu hal yang safety gitu,” ucapnya dilansir dari youtube Metro TV.

Baca Juga: Israel Didesak Patuh pada Gencatan Senjata, Dunia Dipihak Palestina

Data yang diungkap INDEF memperlihatkan inflow surat berharga negara (SBN) mencapai sekitar Rp42,61 triliun.

Namun, outflow dari saham, SRB, dan SRBI mencapai total Rp119 triliun, dengan porsi outflow saham sekitar Rp58,7 triliun. Angka ini menandakan aliran modal asing masih belum kembali stabil ke pasar domestik.

Tauhid Ahmad menilai kondisi ini juga dipengaruhi oleh tekanan pada sektor perbankan. Program injeksi likuiditas senilai Rp200 triliun ke dalam basis uang (M0) menjadi perhatian khusus.

Jika penyaluran kredit dilakukan secara terburu-buru dan lebih banyak bersumber dari daftar tunggu (waiting list), risiko prudensial dapat meningkat dan berdampak pada stabilitas keuangan.

Baca Juga: Prof. Hikmahanto Beberkan Tiga Syarat agar Israel Tak Kembali Serang Gaza, Pasca Genjatan Senjata

INDEF menilai situasi tersebut masih dalam tahap wajar. Namun, langkah antisipatif sangat dibutuhkan untuk mencegah tekanan balik terhadap pasar apabila narasi optimisme tidak diikuti dengan perbaikan fundamental.

“Saya kira ya masih wajar ya, tapi memang harus diantisipasi kalau misalnya, katakanlah market melihat ternyata tidak ada sesuatu yang positif, ini malah akan jadi backfire di kemudian hari,” jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK dan Kejagung Berbagi Peran Tangani Kasus Korupsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:00 WIB
X