Bisnisbandung.com - Ekonom Awalil Rizky menyoroti kondisi neraca jasa Indonesia yang terus mengalami defisit dari tahun ke tahun.
Menurut Awalil masalah ini menjadi salah satu faktor utama yang menguras cadangan devisa meskipun pemerintah kerap membanggakan surplus perdagangan barang.
Awalil menjelaskan pada tahun 2024 Indonesia tercatat membayar jasa sebesar USD 14,39 miliar sementara penerimaan hanya USD 9,5 miliar.
Baca Juga: Tunjangan Rumah DPRD Dinilai Tak Layak, Formappi Dorong Penghapusan
Sementara di semester pertama 2025 defisit neraca jasa kembali terjadi dan cenderung melebar.
"Otoritas ekonomi sering bangga dengan surplus perdagangan barang. Tapi jangan lupa kita selalu defisit di jasa-jasa," ujar Awalil dalam youtubenya.
Defisit paling besar tercatat di sektor transportasi terutama pengapalan barang ekspor-impor.
Menurut Awalil industri perkapalan nasional belum berkembang sehingga Indonesia sangat bergantung pada kapal asing.
Kondisi ini membuat devisa justru banyak keluar saat transaksi perdagangan internasional berlangsung.
Baca Juga: Polemik Tunjangan Rumah DPRD, Formappi Kritik Beban APBD dan Kinerja Legislator
Selain transportasi, defisit juga terjadi di sektor asuransi dan pensiun, jasa keuangan, hingga penggunaan kekayaan intelektual seperti franchise makanan cepat saji maupun software asing.
Di sisi lain ada sektor yang memberi surplus seperti pariwisata.
Namun surplus dari wisatawan mancanegara belum mampu menutup defisit besar di sektor lain.
Awalil menekankan perlunya langkah serius untuk memperkuat industri transportasi dan perkapalan nasional termasuk modernisasi pelabuhan.
Baca Juga: Heboh! Tunjangan Rumah DPRD Tembus Puluhan Juta Rupiah
Artikel Terkait
Gubernur Dedi Mulyadi Angkat Bicara soal Pendemo yang Lemparankan Sampah ke DPRD Jabar
Pesan Gubernur Dedi Mulyadi untuk Kontraktor: Jangan Akali Material, Bangunan Harus Awet
Rp 2,5 Miliar untuk Bojong Kalaler, Gubernur Dedi Mulyadi Tegaskan Rumah Kumuh Harus Hilang
Uya Kuya Bertemu Pelaku Penjarah Rumahnya, Pilih Maaf & Cabut Laporan Polisi
Fenomena 17+8 Jadi Sorotan, Adi Prayitno: Suara Publik Kini Lebih Keras di Medsos
Mahasiswa Terbelah! Ikrar Nusa Bhakti Ungkap Politik Uang di Tubuh BEM