Ia menyebut adagium lama “tak ada teman dan musuh abadi yang ada hanya kepentingan” sangat relevan menggambarkan kondisi elite saat ini.
"Yang dulu pasang badan sekarang hilang. Yang dulu dimuliakan Jokowi sekarang cari tuan baru. Itu biasa dalam politik kita," ujarnya.
Adi juga menekankan bahwa dalam dunia politik persahabatan yang dilandasi ketulusan sangat langka.
Sebagian besar kata dia hanya berdiri di atas kepentingan kekuasaan.
Baca Juga: Heran Gibran Hanya Diam Saat Tinjau KMP Tunu Pratama, Alifurrahman Lontarkan Kritik
"Kalau hubungannya cuma karena jabatan ketika kekuasaan hilang loyalitas juga ikut menguap," tegasnya.
Terakhir Adi menutup dengan refleksi: ketika Jokowi tak lagi berkuasa tak lagi bisa memberi jabatan atau pengaruh maka banyak yang tak melihatnya sebagai sosok penting lagi.
"Itulah mengapa ketika ada serangan bertubi-tubi orang-orang yang dulu paling keras membela justru bungkam. Karena secara politik Jokowi sudah tidak menguntungkan mereka," pungkasnya.***
Artikel Terkait
Denny Siregar Sindir Ade Armando Jadi Komisaris PLN: “Kompetensinya Apa, Menjilat?”
Eggi Sudjana Desak Jokowi Tunjukkan Ijazah Asli, Sebut Kasus Bisa Selesai
Sidak Bangunan Nakal di Bandung, Erwin: Melanggar Langsung Disegel!
Teras Cihampelas Disorot! Pemkot Bandung Ogah Bongkar, Farhan: Benahi Sampai Tuntas!
Uang Pajak Jawa Barat Bocor ke Jakarta, Dedi Mulyadi Sebut Ini Ketidakadilan!
Dedi Mulyadi ‘Semprot’ Kepala Daerah: Banjir Itu Ulah Kita Bukan Alam!