Salah satu alasannya, kata Agus, adalah jumlah pelampung yang tidak mencukupi, atau kondisi kapal yang tidak memungkinkan pembagian alat keselamatan secara adil saat terjadi keadaan darurat.
Selain itu, ia menyebut muatan berlebih pada kendaraan, seperti truk over dimension over loading (odol), sebagai faktor tambahan yang memperbesar risiko kecelakaan.
Truk-truk ini sering kali sulit ditata di dalam kapal dan dapat memengaruhi keseimbangan, terutama jika kapal sudah kelebihan beban.
Agus juga menekankan bahwa masyarakat perlu lebih disiplin dan sadar akan keselamatan, karena masih sering terjadi kasus penumpang yang memaksa naik meskipun kapal telah penuh.***
Baca Juga: Nasib DPRD dan Kepala Daerah Terancam Kosong, Pengamat: Siap-siap Kekuasaan ‘Pejabat Bayangan’!
Artikel Terkait
Menengok Dibalik Misteri Gunung Ararat, Diduga Sebagai Tempat Pendaratan Kapal Nabi Nuh
Lindungi Rakyat Indonesia! Prabowo Ancam Tenggelamkan Kapal Penyelundup
Konflik Makin Memanas! Houthi Serang Kapal Perang Amerika Serikat di Laut Merah
Prof. Ikrar Nusa Bhakti Nilai Dinasti Jokowi Mulai Runtuh, Tapi Kapal yang Ditumpangi Belum Karam
36 Juta Ton Nikel, Pulau Hancur, dan Nama Kapal yang Bikin Geger: JKW Mahakam & Dewi Iriana di Raja Ampat
Bikin Heboh! Kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana di Tambang PT Gag Raja Ampat